Search

Masuk Medaeng, Mantan Calon Wali Kota Malang Jadi Pengajar di Rutan - Jawa Pos

JERUJI anak di Rutan Kelas I Surabaya makin berwarna. Sejumlah asupan pendidikan diberikan kepada anak-anak yang bermasalah dengan hukum (ABH) itu. Di antaranya, pendidikan tentang etika dan sopan santun. Pengajarnya adalah penghuni rutan sendiri.

C. DENNY MAHARDIKA, Surabaya

Nanda, panggilan akrab Yaqud Ananda Gudban, begitu semangat membuka proses mengajarnya pada Rabu (24/7). Mantan anggota dewan Kota Malang itu kini aktif mengajar di blok I atau blok anak.

Panggilan Mama pun disematkan kepadanya saat mengajar. Sel anak itu juga telah berubah. Stigma sel kumuh sedikit hilang. Ketika Jawa Pos memasuki sel tersebut, di sebelah kanan terlihat tulisan kamar santri. Tulisan itu bukan slogan semata. Sebab, hampir setiap hari pembelajaran tentang keagamaan diberikan kepada anak-anak.

”Saya ingin membantu di sini. Kami mempunyai masalah yang sama. Hanya mereka masih anak-anak,” kata Nanda di sela waktunya mengajar.

Proses belajar itu cukup singkat. Tak sampai berjam-jam. Cukup 60 menit, pembelajaran etika dan sopan santun diterapkan. Narapidana Rutan Perempuan Kelas II-A Surabaya itu memang memberikan materi sederhana. Misalnya, cara makan, bertutur kata, hingga cara berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Proses tersebut ditularkan secara bertahap. Sambil mencontohkan, perempuan kelahiran Kupang itu mengajak para muridnya untuk menirukan. Nanda memberikan banyak contoh yang tidak boleh diterapkan dalam kehidupan setelah bebas. Misalnya, makan dengan gaya nangkring. ”Coba giliran Doni (nama samaran) contohkan sini yang diajarkan Mama,” ujarnya Tak urung, gelak tawa menghiasi proses belajar-mengajar yang sederhana itu. Sebab, tingkah laku anak yang umurnya belasan tahun tersebut bermacam-macam. Nah, untuk menstimulasi mereka, Nanda memberikan sejumlah hadiah. Bingkisan itu berupa makanan ringan. Nanda menerangkan, bingkisan tersebut tidak hanya berasal dari dirinya, tapi juga sumbangan narapidana perempuan serta petugas rutan.

Setiap Rabu dan Jumat, Nanda mengajar di blok anak. Dia selalu didampingi petugas rutan. Sebab, blok anak terletak di Rutan Kelas I Surabaya, sedangkan Nanda berada di Rutan Perempuan Kelas II-A Surabaya. Rutan yang berbeda membuat Nanda harus melewati beberapa prosedur. Meski, dua rutan itu berada dalam satu kompleks di Medaeng.

Nanda mengatakan belum mengetahui hingga kapan dirinya mengajar anak-anak tersebut. Mungkin sampai dia lepas dari jerat hukuman. Maklum, kasus korupsi membuat mantan calon wali kota Malang itu harus tinggal selama 4 tahun 8 bulan. ”Saya nggak tahu. Daripada tidak ada kegiatan, saya pun mengajar. Saya juga tidak tahu sampai kapan di sini,” ungkap ibu dua anak tersebut.

Bagi Nanda, mengajar anak-anak itu bukan hal mudah. Alasannya, yang diajarnya bukan anak-anak biasa sehingga perlu pendekatan khusus. Salah satunya, menyatu dengan mereka. Memberikan perhatian, lanjut Nanda, seperti ibu dan anak. ”Saya lebih suka mereka memanggil saya Mama agar bisa dekat. Mereka seperti anak-anak saya sendiri,” ujarnya.

Apalagi, kebanyakan anak-anak itu bermasalah dengan hukum. Jadi, lanjut dia, perlu ada pendekatan yang berbeda. Dalam proses pengajaran itu, Nanda juga menyelipkan materi kejujuran. Meski, kasus yang menimpanya berkaitan dengan kejujuran. Ya, kasus yang menjeratnya adalah tindak pidana korupsi terkait penerimaan uang ratusan juta dalam pembahasan APBD Kota Malang.

Nanda mengaku telah melupakan kejadian tersebut. Dia banyak berserah dan melakukan kegiatan positif. Perempuan yang menghuni blok berisi 10 orang tersebut memang masih beruntung. Sebab, anak-anaknya masih mengunjunginya setiap Minggu. Hal itu berbeda dengan anak-anak di blok I. Terkadang beberapa anak tidak dijenguk keluarga mereka. ”Ini bekal jika keluar dari sini. Mereka dapat sedikit membuat orang tua, bahkan orang lain, lebih menghargai sikap. Bekal soft skill,” tuturnya.

Let's block ads! (Why?)

JERUJI anak di Rutan Kelas I Surabaya makin berwarna. Sejumlah asupan pendidikan diberikan kepada anak-anak yang bermasalah dengan hukum (ABH) itu. Di antaranya, pendidikan tentang etika dan sopan santun. Pengajarnya adalah penghuni rutan sendiri.

C. DENNY MAHARDIKA, Surabaya

Nanda, panggilan akrab Yaqud Ananda Gudban, begitu semangat membuka proses mengajarnya pada Rabu (24/7). Mantan anggota dewan Kota Malang itu kini aktif mengajar di blok I atau blok anak.

Panggilan Mama pun disematkan kepadanya saat mengajar. Sel anak itu juga telah berubah. Stigma sel kumuh sedikit hilang. Ketika Jawa Pos memasuki sel tersebut, di sebelah kanan terlihat tulisan kamar santri. Tulisan itu bukan slogan semata. Sebab, hampir setiap hari pembelajaran tentang keagamaan diberikan kepada anak-anak.

”Saya ingin membantu di sini. Kami mempunyai masalah yang sama. Hanya mereka masih anak-anak,” kata Nanda di sela waktunya mengajar.

Proses belajar itu cukup singkat. Tak sampai berjam-jam. Cukup 60 menit, pembelajaran etika dan sopan santun diterapkan. Narapidana Rutan Perempuan Kelas II-A Surabaya itu memang memberikan materi sederhana. Misalnya, cara makan, bertutur kata, hingga cara berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Proses tersebut ditularkan secara bertahap. Sambil mencontohkan, perempuan kelahiran Kupang itu mengajak para muridnya untuk menirukan. Nanda memberikan banyak contoh yang tidak boleh diterapkan dalam kehidupan setelah bebas. Misalnya, makan dengan gaya nangkring. ”Coba giliran Doni (nama samaran) contohkan sini yang diajarkan Mama,” ujarnya Tak urung, gelak tawa menghiasi proses belajar-mengajar yang sederhana itu. Sebab, tingkah laku anak yang umurnya belasan tahun tersebut bermacam-macam. Nah, untuk menstimulasi mereka, Nanda memberikan sejumlah hadiah. Bingkisan itu berupa makanan ringan. Nanda menerangkan, bingkisan tersebut tidak hanya berasal dari dirinya, tapi juga sumbangan narapidana perempuan serta petugas rutan.

Setiap Rabu dan Jumat, Nanda mengajar di blok anak. Dia selalu didampingi petugas rutan. Sebab, blok anak terletak di Rutan Kelas I Surabaya, sedangkan Nanda berada di Rutan Perempuan Kelas II-A Surabaya. Rutan yang berbeda membuat Nanda harus melewati beberapa prosedur. Meski, dua rutan itu berada dalam satu kompleks di Medaeng.

Nanda mengatakan belum mengetahui hingga kapan dirinya mengajar anak-anak tersebut. Mungkin sampai dia lepas dari jerat hukuman. Maklum, kasus korupsi membuat mantan calon wali kota Malang itu harus tinggal selama 4 tahun 8 bulan. ”Saya nggak tahu. Daripada tidak ada kegiatan, saya pun mengajar. Saya juga tidak tahu sampai kapan di sini,” ungkap ibu dua anak tersebut.

Bagi Nanda, mengajar anak-anak itu bukan hal mudah. Alasannya, yang diajarnya bukan anak-anak biasa sehingga perlu pendekatan khusus. Salah satunya, menyatu dengan mereka. Memberikan perhatian, lanjut Nanda, seperti ibu dan anak. ”Saya lebih suka mereka memanggil saya Mama agar bisa dekat. Mereka seperti anak-anak saya sendiri,” ujarnya.

Apalagi, kebanyakan anak-anak itu bermasalah dengan hukum. Jadi, lanjut dia, perlu ada pendekatan yang berbeda. Dalam proses pengajaran itu, Nanda juga menyelipkan materi kejujuran. Meski, kasus yang menimpanya berkaitan dengan kejujuran. Ya, kasus yang menjeratnya adalah tindak pidana korupsi terkait penerimaan uang ratusan juta dalam pembahasan APBD Kota Malang.

Nanda mengaku telah melupakan kejadian tersebut. Dia banyak berserah dan melakukan kegiatan positif. Perempuan yang menghuni blok berisi 10 orang tersebut memang masih beruntung. Sebab, anak-anaknya masih mengunjunginya setiap Minggu. Hal itu berbeda dengan anak-anak di blok I. Terkadang beberapa anak tidak dijenguk keluarga mereka. ”Ini bekal jika keluar dari sini. Mereka dapat sedikit membuat orang tua, bahkan orang lain, lebih menghargai sikap. Bekal soft skill,” tuturnya.

Let's block ads! (Why?)



Bagikan Berita Ini

0 Response to "Masuk Medaeng, Mantan Calon Wali Kota Malang Jadi Pengajar di Rutan - Jawa Pos"

Post a Comment

Powered by Blogger.