Namanya Agus Samad (75). Ia ditemukan tak bernyawa di kediamannya, Perum Bukit Dieng, Blok MB9, Sabtu (24/2/2018).
Penemuan jenazah korban berawal dari kecurigaan sang istri yang tengah berada di Pulau Bali. Sejak pagi, istri korban yang bernama Suhartatik kesulitan menghubungi korban melalui telepon.
Oleh warga, pintu depan yang terkunci akhirnya dibuka paksa dan korban ditemukan telah meninggal di halaman belakang. Kejadian ini kemudian dilaporkan ke polisi.
Foto: M Aminudin/detikcom |
Namun polisi menemukan ada banyak kejanggalan dalam kematian alumni Akpol 1970 ini. Bahkan polisi belum dapat memastikan apa penyebab kematian Kombes Samad, apakah bunuh diri atau dibunuh.
Sejumlah kejanggalan di antaranya luka sayatan silet di kedua pergelangan tangan korban. Benda tajam itu ditemukan polisi di atas galon air ruang makan dengan sedikit bercak darah.
"Hasil autopsi, ada luka sayat diduga karena silet, yang kita temukan di atas galon air ruang makan. Ada bercak darah dan sidik jari pada silet milik korban," terang Kasatreskrim Polres Malang Kota AKP Ambuka Yudha.
Fakta kedua, ada dua cairan yang ditemukan ruang makan rumah berlantai tiga itu, yaitu cairan pembasmi serangga dan cairan antirayap. Hasil autopsi sementara mengindikasikan cairan obat serangga juga ditemukan di dalam lambung korban.
Temuan lain adalah ceceran darah yang sudah mengering di lantai, baik di ruang makan maupun kamar mandi. Drah itu diyakini berasal dari tubuh korban yang terluka.
"Dugaan kami, korban sudah kehilangan darah sekitar 1 liter bahkan lebih. Apakah masih kuat seseorang untuk berjalan dengan kondisi itu? kata dokter memungkinkan saja," beber Ambuka.
Foto: M Aminudin/detikcom |
Fakta berikutnya, lokasi jenazah korban tergeletak di halaman belakang. Jaraknya sekitar 10 meter dari TKP awal, yaitu ruang makan. Dengan hanya mengenakan celana pendek serta kaos, tubuh korban seakan jatuh dengan kondisi tersungkur.
Selain itu, kedua kakinya terikat tali rafia warna hitam. Namun satu kakinya nyaris tergantung oleh ujung tali yang terikat di pagar balkon lantai tiga. Siapa yang mengikat tali tersebut juga masih menjadi teka-teki.
Dari hasil olah TKP, polisi juga menduga korban diseret dari lokasi pertama. Jaraknya sekitar 10 meter, bercak darah yang ditemukan di lantai rumah semakin menguatkan dugaan tersebut.
"Jadi dari TKP pertama, jaraknya sekitar 10 meter. Korban sepertinya dipindah, tapi masih kita selidiki lebih dalam," terang Kapolres Malang Kota AKBP Asfuri.
Foto: Muhammad Aminudin |
Namun dari penyelidikan, polisi hanya menemukan jejak kaki yang menyerupai milik korban, begitu dengan sidik jari yang tertinggal di TKP. Kesemuanya bermuara kepada korban sendiri. Sidik jari lain yang ditemukan di rumah itu hanyalah milik istrinya, Suhartatik.
Tak satupun barang milik korban juga diketahui hilang, sehingga mengaburkan adanya unsur kejahatan sebelum atau sesudah korban meninggal.
Jika memang tewas dibunuh, polisi seharusnya menemukan jalan keluar-masuk pelaku. Namun bagian belakang rumah korban tertutup dinding batu bata setinggi hampir 7 meter. Bagian pintu serta jendela rumah juga terkunci dari dalam.
Saat kejadian, korban hanya seorang diri. Istrinya yang biasa menemani sedang berada di Pulau Bali untuk mengurus rumah makan milik keluarga mereka selama 13 hari. Saat itu sang istri sedang menggantikan tugas adik kandung korban yang bertugas menjaga usaha itu.
Saksi-saksi juga mengatakan tak ada gelagat aneh yang terlihat pada korban sebelum meninggal. Beberapa hari sebelum meninggal, korban hanya mengaku kakinya kambuh hingga butuh diperban.
"Sebenarnya kondisi bapak sehat, hanya saja mengeluh bagian kakinya sakit, hingga harus diperban," terang putra sulung korban, Timur Dikman (40).
Terkait siapa yang terakhir kali berkomunikasi dengan korban, Ambuka mengungkap salah satunya adalah istri korban. Namun baginya kekhawatiran itu masih tergolong wajar sebab korban memiliki riwayat penyakit, jantung dan asam urat.
"Iya ada khawatir, karena korban juga sakit. Istrinya terus menghubungi terakhir, Jumat sore. Sebelum pagi ditemukan tewas," ujarnya.
Hingga kini penyebab kematian Kombes Samad juga belum terungkap. Bahkan Polres Malang harus mendatangkan tim Laboratorium Forensik Bareskrim Mabes Polri untuk mengungkap hal ini.
(lll/iwd)
Namanya Agus Samad (75). Ia ditemukan tak bernyawa di kediamannya, Perum Bukit Dieng, Blok MB9, Sabtu (24/2/2018).
Penemuan jenazah korban berawal dari kecurigaan sang istri yang tengah berada di Pulau Bali. Sejak pagi, istri korban yang bernama Suhartatik kesulitan menghubungi korban melalui telepon.
Oleh warga, pintu depan yang terkunci akhirnya dibuka paksa dan korban ditemukan telah meninggal di halaman belakang. Kejadian ini kemudian dilaporkan ke polisi.
Foto: M Aminudin/detikcom |
Namun polisi menemukan ada banyak kejanggalan dalam kematian alumni Akpol 1970 ini. Bahkan polisi belum dapat memastikan apa penyebab kematian Kombes Samad, apakah bunuh diri atau dibunuh.
Sejumlah kejanggalan di antaranya luka sayatan silet di kedua pergelangan tangan korban. Benda tajam itu ditemukan polisi di atas galon air ruang makan dengan sedikit bercak darah.
"Hasil autopsi, ada luka sayat diduga karena silet, yang kita temukan di atas galon air ruang makan. Ada bercak darah dan sidik jari pada silet milik korban," terang Kasatreskrim Polres Malang Kota AKP Ambuka Yudha.
Fakta kedua, ada dua cairan yang ditemukan ruang makan rumah berlantai tiga itu, yaitu cairan pembasmi serangga dan cairan antirayap. Hasil autopsi sementara mengindikasikan cairan obat serangga juga ditemukan di dalam lambung korban.
Temuan lain adalah ceceran darah yang sudah mengering di lantai, baik di ruang makan maupun kamar mandi. Drah itu diyakini berasal dari tubuh korban yang terluka.
"Dugaan kami, korban sudah kehilangan darah sekitar 1 liter bahkan lebih. Apakah masih kuat seseorang untuk berjalan dengan kondisi itu? kata dokter memungkinkan saja," beber Ambuka.
Foto: M Aminudin/detikcom |
Fakta berikutnya, lokasi jenazah korban tergeletak di halaman belakang. Jaraknya sekitar 10 meter dari TKP awal, yaitu ruang makan. Dengan hanya mengenakan celana pendek serta kaos, tubuh korban seakan jatuh dengan kondisi tersungkur.
Selain itu, kedua kakinya terikat tali rafia warna hitam. Namun satu kakinya nyaris tergantung oleh ujung tali yang terikat di pagar balkon lantai tiga. Siapa yang mengikat tali tersebut juga masih menjadi teka-teki.
Dari hasil olah TKP, polisi juga menduga korban diseret dari lokasi pertama. Jaraknya sekitar 10 meter, bercak darah yang ditemukan di lantai rumah semakin menguatkan dugaan tersebut.
"Jadi dari TKP pertama, jaraknya sekitar 10 meter. Korban sepertinya dipindah, tapi masih kita selidiki lebih dalam," terang Kapolres Malang Kota AKBP Asfuri.
Foto: Muhammad Aminudin |
Namun dari penyelidikan, polisi hanya menemukan jejak kaki yang menyerupai milik korban, begitu dengan sidik jari yang tertinggal di TKP. Kesemuanya bermuara kepada korban sendiri. Sidik jari lain yang ditemukan di rumah itu hanyalah milik istrinya, Suhartatik.
Tak satupun barang milik korban juga diketahui hilang, sehingga mengaburkan adanya unsur kejahatan sebelum atau sesudah korban meninggal.
Jika memang tewas dibunuh, polisi seharusnya menemukan jalan keluar-masuk pelaku. Namun bagian belakang rumah korban tertutup dinding batu bata setinggi hampir 7 meter. Bagian pintu serta jendela rumah juga terkunci dari dalam.
Saat kejadian, korban hanya seorang diri. Istrinya yang biasa menemani sedang berada di Pulau Bali untuk mengurus rumah makan milik keluarga mereka selama 13 hari. Saat itu sang istri sedang menggantikan tugas adik kandung korban yang bertugas menjaga usaha itu.
Saksi-saksi juga mengatakan tak ada gelagat aneh yang terlihat pada korban sebelum meninggal. Beberapa hari sebelum meninggal, korban hanya mengaku kakinya kambuh hingga butuh diperban.
"Sebenarnya kondisi bapak sehat, hanya saja mengeluh bagian kakinya sakit, hingga harus diperban," terang putra sulung korban, Timur Dikman (40).
Terkait siapa yang terakhir kali berkomunikasi dengan korban, Ambuka mengungkap salah satunya adalah istri korban. Namun baginya kekhawatiran itu masih tergolong wajar sebab korban memiliki riwayat penyakit, jantung dan asam urat.
"Iya ada khawatir, karena korban juga sakit. Istrinya terus menghubungi terakhir, Jumat sore. Sebelum pagi ditemukan tewas," ujarnya.
Hingga kini penyebab kematian Kombes Samad juga belum terungkap. Bahkan Polres Malang harus mendatangkan tim Laboratorium Forensik Bareskrim Mabes Polri untuk mengungkap hal ini.
(lll/iwd)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tewasnya Eks Wakapolda Sumut di Malang yang Masih Tanda Tanya - detikNews"
Post a Comment