Merdeka.com - Keputusan tukang sampah Dwi Hariyadi maju sebagai calon legislatif (caleg) DPRD Kota Malang mengagetkan banyak orang, bahkan keluarganya sendiri. Ibu kandungnya yang tinggal di Paiton, Probolinggo sempat tidak percaya saat dikabari tentang rencana anaknya itu.
BERITA TERKAIT
"Awalnya sih tidak mendukung, termasuk ibu saya di Probolinggo. Akhirnya saya datangi ke sana, saya jelaskan," kata Dwi Hariyadi kepada merdeka.com di rumahnya, Jalan Danau Rawa Pening H5F-7 RT 02 RW 14 Kelurahan Madyopura, Kota Malang.
Saat itu, ibunya menganggap keinginan Dwi sebagai sesuatu yang tidak mungkin dan sulit diwujudkan. Karena usahanya menjadi guru (PNS) saja selama ini hanya sebagai guru bantu. Apalagi Ingin menjadi anggota DPRD, dianggap jauh lebih berat.
"Kamu ini bermimpi ya, kok moro-moro (tiba-tiba) daftar DPRD. Guru (PNS) saja sulit, kok moro-moro daftar DPRD," katanya.
Dwi pun menjelaskan dan memberi pengertian kepada ibunya soal niatnya itu, termasuk tentang kemungkinan dipilih atau tidak. Ia pun mengantongi restu untuk melanjutkan pencalonannya itu.
Sikap serupa juga ditunjukkan oleh istrinya, Sundari. Kalau Sundari lebih pada kekhawatiran, tentang DPRD sebagai pekerjaan penuh risiko, apalagi di Kota Malang banyak ditangkap oleh KPK karena kasus korupsi.
"Karena mendengar yang kemarin, khawatir-khawatir saja. Istri dan keluarga akhirnya menerima dan mengizinkan, ya saya berangkat," tegasnya.
Tidak hanya keluarga yang kaget, teman-temannya juga dibuat kaget dengan keputusan pencalonannya itu. Teman-teman sempat mengklarifikasi untuk sekadar menanyakan kebenaran kabar tersebut.
"Begitu teman dengar, kaget semua. Akhirnya dengan kekagetannya diberitakan pada yang lain-lainnya. Akhirnya banyak yang tahu, semua kaget," jelasnya.
Teman-temannya itu yang kemudian banyak membantu menyebarkan alat peraga kampanyenya. Kemudian di antara mereka kerap mengajaknya ke pertemuan-pertemuan warga di lingkungannya tanpa mengeluarkan biaya.
"Sering diundang, sosialisasi di pertemuan, pertemuan apa saja, dikasih waktu sambutan, karena dekat dengan saya saja," katanya.
Dwi Hariyadi (47) bekerja sebagai tukang sampah di lingkungan RW 14 Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Ia maju dari Partai Keadilan Sejatera ( PKS) dan mendapatkan nomor urut 9 di Daerah Pemilihan (Dapil) Kedungkandang, Kota Malang.
Selain sebagai tukang sampah, Dwi selama ini juga menjadi Danton Hansip di Kelurahan dan guru bantu Bahasa Inggris di sebuah Sekolah Dasar (SD). Ia juga sudah biasa terlibat dengan kegiatan-kegiatan sosial di lingkungan.
"Kalau ada orang repot (punya hajat) atau terkena musibah, saya mesti datang, ikut membantu. Entah dibayar atau tidak. Kegiatan masjid, kegiatan Linmas terlibat. Orang sudah sangat mengenal, begitu saya Nyaleg mereka sudah tahu," kata dia. [gil]
Merdeka.com - Keputusan tukang sampah Dwi Hariyadi maju sebagai calon legislatif (caleg) DPRD Kota Malang mengagetkan banyak orang, bahkan keluarganya sendiri. Ibu kandungnya yang tinggal di Paiton, Probolinggo sempat tidak percaya saat dikabari tentang rencana anaknya itu.
BERITA TERKAIT
"Awalnya sih tidak mendukung, termasuk ibu saya di Probolinggo. Akhirnya saya datangi ke sana, saya jelaskan," kata Dwi Hariyadi kepada merdeka.com di rumahnya, Jalan Danau Rawa Pening H5F-7 RT 02 RW 14 Kelurahan Madyopura, Kota Malang.
Saat itu, ibunya menganggap keinginan Dwi sebagai sesuatu yang tidak mungkin dan sulit diwujudkan. Karena usahanya menjadi guru (PNS) saja selama ini hanya sebagai guru bantu. Apalagi Ingin menjadi anggota DPRD, dianggap jauh lebih berat.
"Kamu ini bermimpi ya, kok moro-moro (tiba-tiba) daftar DPRD. Guru (PNS) saja sulit, kok moro-moro daftar DPRD," katanya.
Dwi pun menjelaskan dan memberi pengertian kepada ibunya soal niatnya itu, termasuk tentang kemungkinan dipilih atau tidak. Ia pun mengantongi restu untuk melanjutkan pencalonannya itu.
Sikap serupa juga ditunjukkan oleh istrinya, Sundari. Kalau Sundari lebih pada kekhawatiran, tentang DPRD sebagai pekerjaan penuh risiko, apalagi di Kota Malang banyak ditangkap oleh KPK karena kasus korupsi.
"Karena mendengar yang kemarin, khawatir-khawatir saja. Istri dan keluarga akhirnya menerima dan mengizinkan, ya saya berangkat," tegasnya.
Tidak hanya keluarga yang kaget, teman-temannya juga dibuat kaget dengan keputusan pencalonannya itu. Teman-teman sempat mengklarifikasi untuk sekadar menanyakan kebenaran kabar tersebut.
"Begitu teman dengar, kaget semua. Akhirnya dengan kekagetannya diberitakan pada yang lain-lainnya. Akhirnya banyak yang tahu, semua kaget," jelasnya.
Teman-temannya itu yang kemudian banyak membantu menyebarkan alat peraga kampanyenya. Kemudian di antara mereka kerap mengajaknya ke pertemuan-pertemuan warga di lingkungannya tanpa mengeluarkan biaya.
"Sering diundang, sosialisasi di pertemuan, pertemuan apa saja, dikasih waktu sambutan, karena dekat dengan saya saja," katanya.
Dwi Hariyadi (47) bekerja sebagai tukang sampah di lingkungan RW 14 Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Ia maju dari Partai Keadilan Sejatera ( PKS) dan mendapatkan nomor urut 9 di Daerah Pemilihan (Dapil) Kedungkandang, Kota Malang.
Selain sebagai tukang sampah, Dwi selama ini juga menjadi Danton Hansip di Kelurahan dan guru bantu Bahasa Inggris di sebuah Sekolah Dasar (SD). Ia juga sudah biasa terlibat dengan kegiatan-kegiatan sosial di lingkungan.
"Kalau ada orang repot (punya hajat) atau terkena musibah, saya mesti datang, ikut membantu. Entah dibayar atau tidak. Kegiatan masjid, kegiatan Linmas terlibat. Orang sudah sangat mengenal, begitu saya Nyaleg mereka sudah tahu," kata dia. [gil]
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Maju Jadi Caleg, Tukang Sampah di Malang Sempat Tak Dapat Restu Istri dan Ibu | merdeka.com - merdeka.com"
Post a Comment