Search

Sulitnya Tukang Sampah di Malang Nyaleg, Tak Ada Uang Hingga Ngutang - detikNews

Malang - Perjalanan Dwi Hariyadi maju sebagai caleg untuk DPRD Kota Malang penuh drama. Sebagai tukang sampah, ia harus melewati beberapa drama sebelum akhirnya menjadi seorang caleg.

Hingga saat ini, tercatat ada tiga pekerjaan yang digeluti Dwi Hariyadi. Yakni sebagai tukang sampah, guru honorer, dan Linmas Kelurahan Madyopuro, Kota Malang.

Meski begitu, bapak tiga anak itu tidak memiliki modal cukup untuk berkampanye seperti yang dilakukan caleg-caleg pada umumnya. Menurut Dwi, dana yang ia keluarkan untuk mempromosikan dirinya belum sampai Rp 2 juta.

Dwi mengatakan, banyak alat peraga kampanye (APK) ia dapatkan dari orang-orang yang kenal dengan dirinya. Meski jumlahnya tak begitu banyak, namun cukup membantu Dwi dalam bersosialisasi.

"Saya buat APK sendiri ukuran agak besar habis sekitar Rp 300 ribu, kemudian ditambah bantuan dari teman-teman dan warga membengkak sampai Rp 600 ribu. Sampai sekarang kalau saya total sudah keluar uang Rp 1,7 juta," kata pria berusia 46 tahun itu.


Padahal, sejak mendaftar hingga ditetapkan sebagai caleg nomor urut 9 DPRD Kota Malang untuk Dapil Kedungkandang, ia mendapat cerita jika kebutuhan modal seorang caleg Rp 500 juta sampai Rp 700 juta. Dwi kaget karena sepanjang hidupnya tak pernah melihat uang sebanyak itu. Apalagi memilikinya. Namun dengan berbekal keyakinan, ia mencoba terus melanjutkan cita-citanya.

Kiriman APK terakhir didapatkan Dwi dari beberapa teman. Yakni dengan ukuran sedang. Untuk bisa memasangnya, Dwi harus mencari sendiri kayu dan bambu sebagai penyangga.

Dwi Hariyadi, tukang sampah yang jadi caleg di MalangDwi Hariyadi, tukang sampah yang jadi caleg di Malang Foto: Muhammad Aminudin

"Saya cari bambu sendiri, semuanya saya usahakan tidak beli, karena modal juga tidak ada. Tali saja, pakai karet ban. Karena harus menghargai orang telah membantu, membuatkan APK untuk saya," tambahnya.

Menurutnya, perjalanan menjadi seorang caleg akan terus ia ingat. Terutama pada bagian di mana ia harus melengkapi berkas persyaratan. Waktu itu, Dwi hanya memiliki waktu beberapa hari karena sebagai caleg pengganti.

Ketika semua berkas lainnya sudah siap, ia menemukan kendala saat mengurus keterangan kesehatan rohani di RS Soepraoen, Kota Malang. Dwi berangkat ke rumah sakit usai memungut sampah dengan membawa uang Rp 150 ribu, pinjaman dari tetangga. Saat itu, di kantongnya ada satu lembar pecahan Rp 10 ribu.


"Ketika ke loket, biaya urus ternyata Rp 210 ribu. Saya langsung bingung, kemana cari kurangnya. Padahal sudah pukul 10.30, tiga puluh menit lagi tutup pelayanannya," cerita alumni IKIP Budi Utomo ini.

Dwi langsung bergegas mencari pinjaman dengan mendatangi kerabatnya yang tinggal tidak jauh dari lokasi rumah sakit. Di sana Dwi tak menemukan apa yang diharapkan. Sampai kemudian terbersit untuk mendatangi tetangganya yang menjadi pegawai di kepolisian.

"Saya datangi, karena kemana-mana tak ada yang punya uang. Bersyukur, kemudian bisa mendapatkan pinjaman dari tetangga yang kerja di Polsek Sukun, dan bisa urus keterangan sehat rohani," tuturnya.

Perjalanan yang berat membuat Dwi bersemangat untuk mengikuti kontes dengan modal seadanya. Dwi tak ingin menarik simpati hanya karena kesehariannya saja sebagai tukang sampah. Namun, lebih kepada menjaga kepercayaan masyarakat yang selama ini diberikan kepadanya.

Dwi merupakan caleg dari PKS nomor urut 9 untuk DPRD Kota Malang periode 2019-2023. Ia akan bertarung di daerah pilih Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
(sun/bdh)

Let's block ads! (Why?)

Malang - Perjalanan Dwi Hariyadi maju sebagai caleg untuk DPRD Kota Malang penuh drama. Sebagai tukang sampah, ia harus melewati beberapa drama sebelum akhirnya menjadi seorang caleg.

Hingga saat ini, tercatat ada tiga pekerjaan yang digeluti Dwi Hariyadi. Yakni sebagai tukang sampah, guru honorer, dan Linmas Kelurahan Madyopuro, Kota Malang.

Meski begitu, bapak tiga anak itu tidak memiliki modal cukup untuk berkampanye seperti yang dilakukan caleg-caleg pada umumnya. Menurut Dwi, dana yang ia keluarkan untuk mempromosikan dirinya belum sampai Rp 2 juta.

Dwi mengatakan, banyak alat peraga kampanye (APK) ia dapatkan dari orang-orang yang kenal dengan dirinya. Meski jumlahnya tak begitu banyak, namun cukup membantu Dwi dalam bersosialisasi.

"Saya buat APK sendiri ukuran agak besar habis sekitar Rp 300 ribu, kemudian ditambah bantuan dari teman-teman dan warga membengkak sampai Rp 600 ribu. Sampai sekarang kalau saya total sudah keluar uang Rp 1,7 juta," kata pria berusia 46 tahun itu.


Padahal, sejak mendaftar hingga ditetapkan sebagai caleg nomor urut 9 DPRD Kota Malang untuk Dapil Kedungkandang, ia mendapat cerita jika kebutuhan modal seorang caleg Rp 500 juta sampai Rp 700 juta. Dwi kaget karena sepanjang hidupnya tak pernah melihat uang sebanyak itu. Apalagi memilikinya. Namun dengan berbekal keyakinan, ia mencoba terus melanjutkan cita-citanya.

Kiriman APK terakhir didapatkan Dwi dari beberapa teman. Yakni dengan ukuran sedang. Untuk bisa memasangnya, Dwi harus mencari sendiri kayu dan bambu sebagai penyangga.

Dwi Hariyadi, tukang sampah yang jadi caleg di MalangDwi Hariyadi, tukang sampah yang jadi caleg di Malang Foto: Muhammad Aminudin

"Saya cari bambu sendiri, semuanya saya usahakan tidak beli, karena modal juga tidak ada. Tali saja, pakai karet ban. Karena harus menghargai orang telah membantu, membuatkan APK untuk saya," tambahnya.

Menurutnya, perjalanan menjadi seorang caleg akan terus ia ingat. Terutama pada bagian di mana ia harus melengkapi berkas persyaratan. Waktu itu, Dwi hanya memiliki waktu beberapa hari karena sebagai caleg pengganti.

Ketika semua berkas lainnya sudah siap, ia menemukan kendala saat mengurus keterangan kesehatan rohani di RS Soepraoen, Kota Malang. Dwi berangkat ke rumah sakit usai memungut sampah dengan membawa uang Rp 150 ribu, pinjaman dari tetangga. Saat itu, di kantongnya ada satu lembar pecahan Rp 10 ribu.


"Ketika ke loket, biaya urus ternyata Rp 210 ribu. Saya langsung bingung, kemana cari kurangnya. Padahal sudah pukul 10.30, tiga puluh menit lagi tutup pelayanannya," cerita alumni IKIP Budi Utomo ini.

Dwi langsung bergegas mencari pinjaman dengan mendatangi kerabatnya yang tinggal tidak jauh dari lokasi rumah sakit. Di sana Dwi tak menemukan apa yang diharapkan. Sampai kemudian terbersit untuk mendatangi tetangganya yang menjadi pegawai di kepolisian.

"Saya datangi, karena kemana-mana tak ada yang punya uang. Bersyukur, kemudian bisa mendapatkan pinjaman dari tetangga yang kerja di Polsek Sukun, dan bisa urus keterangan sehat rohani," tuturnya.

Perjalanan yang berat membuat Dwi bersemangat untuk mengikuti kontes dengan modal seadanya. Dwi tak ingin menarik simpati hanya karena kesehariannya saja sebagai tukang sampah. Namun, lebih kepada menjaga kepercayaan masyarakat yang selama ini diberikan kepadanya.

Dwi merupakan caleg dari PKS nomor urut 9 untuk DPRD Kota Malang periode 2019-2023. Ia akan bertarung di daerah pilih Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
(sun/bdh)

Let's block ads! (Why?)



Bagikan Berita Ini

0 Response to "Sulitnya Tukang Sampah di Malang Nyaleg, Tak Ada Uang Hingga Ngutang - detikNews"

Post a Comment

Powered by Blogger.