Search

Ayo, Dukung Film Made in Malang Tayang di Seluruh Indonesia

MALANG KOTA – Ini adalah momentum yang tepat untuk mengenalkan Malang ke seluruh Indonesia, bahkan dunia. Film Darah Biru Arema (DBA) sequel kedua yang pembuatannya menghabiskan waktu dua tahun itu kini sedang berjuang untuk bisa tayang di Cinema 21 atau di bioskop seluruh Indonesia.

Syaratnya, film ini harus mendapatkan golden ticket. Waktu untuk mendukung film ini cuma tujuh hari sejak film made in Malang ini resmi tayang di tiga bioskop di Malang Kamis lalu (21/6). Di hari pertama, penontonnya membeludak, yakni 1.700 orang.

”Alhamdulillah penuh, semoga selama tujuh hari selalu begitu. Targetnya ada 10 ribu penonton agar kami mendapatkan golden ticket ke Cinema 21. Jadi, biar tayang di bioskop seluruh Indonesia,” ucap produser film DBA Vicky Arief kemarin (22/6).

Saat ini, sequel kedua DBA yang berjudul Satu Jiwa untuk Indonesia ini tayang di tiga bioskop, yakni di Movimax Sarinah, Aurora Cinema Malang City Point, dan Movimax Dinoyo Mall. Vicky berharap, antusiasme masyarakat Malang terus bertambah setiap hari. Karena hanya ada waktu 7 hari yang mereka miliki untuk menayangkan film itu di layar lebar.

”Saat ini kami bersaing dengan film layar lebar lainnya. Tidak hanya film nasional, tapi juga internasional. Kami berharap seluruh masyarakat Malang mendukung karya putra daerahnya sendiri agar menasional,” imbuhnya.

Sementara itu, Bima Haris Galih Jaya, salah seorang penonton, usai menonton film ini di Movimax Dinoyo Mall, menyatakan, dia penasaran setelah melihat film DBA di sequel pertama. ”Banyak pesan yang disampaikan, misalnya dari kecil harus berjuang, dan cinta pada Arema tidak boleh setengah-setengah,” ucap dia.

Bima juga menyampaikan kebanggaannya kepada tim produksi film yang sudah sukses masuk ke layar lebar. Menurut dia, hal tersebut bentuk kemajuan dari industri kreatif dan potensi warga Malang yang juga dapat bersaing di dunia perfilman. ”Saya sangat bangga, semoga karya-karya seperti ini terus bermunculan di Malang,” pungkas warga di kawasan Pisang Candi tersebut.

Untuk diketahui, film ini bercerita tentang tokoh utama bernama Pacho. Dia adalah seorang siswa SMP yang sangat cinta pada klub bola Arema–dalam salah satu scene dia mengenakan seragam putih biru bertuliskan SMPN 2 Dau yang sedang mempertanyakan temannya tidak mendukung Aremania. Segala hal dia lakukan agar dapat menonton tim sepak bola andalannya bertanding secara langsung. Sampai-sampai dia harus berseteru dengan ibunya karena hal tersebut.

”Kali ini  kami banyak berbicara tentang aksen satir saat fanatisme mulai dipertanyakan. Kisah-kisah para suporter yang penuh dengan dinamika masalah hidupnya,” ujar Taufan Agustyan selaku sutradara, saat ditemui di Movimax Dinoyo Mall kemarin.

Ada tiga plot yang dia mainkan dalam film berdurasi 120 menit tersebut. Selain Pacho, ada pula cerita Aremania di tanah rantau, antara memilih menonton Arema atau menanti kelahiran anaknya. Ada lagi kisah Aremanita yang memperjuangkan kehidupan keluarga di samping kecintaannya kepada Arema. Segala emosi itu dikemas sedemikian rupa oleh Taufan dalam cerita yang sudah rampung pada April 2017 lalu.

”Kami harus membuat adegan per adegan dengan sangat matang, seperti pada dialog harus ada hujan, tapi Malang sedang tidak musim hujan. Terpaksa kami mendatangkan pemadam kebakaran untuk membuat hujan buatan,” ceritanya.

Agar cerita filmnya semakin hidup, kisah seorang bapak perantau pun dibuat nyata di luar Malang. Mereka syuting di Kalimantan Timur dengan skenario lelaki penjual bakso. Bagaimana dia memaknai Arema saat bukan di tanahnya sendiri. ”Kumpulan cerita ini banyak memberi sebuah jawaban mengapa harus Arema, itulah mengapa judulnya adalah Satu Jiwa untuk Indonesia,” lanjut pria berambut gondrong tersebut. (el/c2/riq)

Let's block ads! (Why?)

MALANG KOTA – Ini adalah momentum yang tepat untuk mengenalkan Malang ke seluruh Indonesia, bahkan dunia. Film Darah Biru Arema (DBA) sequel kedua yang pembuatannya menghabiskan waktu dua tahun itu kini sedang berjuang untuk bisa tayang di Cinema 21 atau di bioskop seluruh Indonesia.

Syaratnya, film ini harus mendapatkan golden ticket. Waktu untuk mendukung film ini cuma tujuh hari sejak film made in Malang ini resmi tayang di tiga bioskop di Malang Kamis lalu (21/6). Di hari pertama, penontonnya membeludak, yakni 1.700 orang.

”Alhamdulillah penuh, semoga selama tujuh hari selalu begitu. Targetnya ada 10 ribu penonton agar kami mendapatkan golden ticket ke Cinema 21. Jadi, biar tayang di bioskop seluruh Indonesia,” ucap produser film DBA Vicky Arief kemarin (22/6).

Saat ini, sequel kedua DBA yang berjudul Satu Jiwa untuk Indonesia ini tayang di tiga bioskop, yakni di Movimax Sarinah, Aurora Cinema Malang City Point, dan Movimax Dinoyo Mall. Vicky berharap, antusiasme masyarakat Malang terus bertambah setiap hari. Karena hanya ada waktu 7 hari yang mereka miliki untuk menayangkan film itu di layar lebar.

”Saat ini kami bersaing dengan film layar lebar lainnya. Tidak hanya film nasional, tapi juga internasional. Kami berharap seluruh masyarakat Malang mendukung karya putra daerahnya sendiri agar menasional,” imbuhnya.

Sementara itu, Bima Haris Galih Jaya, salah seorang penonton, usai menonton film ini di Movimax Dinoyo Mall, menyatakan, dia penasaran setelah melihat film DBA di sequel pertama. ”Banyak pesan yang disampaikan, misalnya dari kecil harus berjuang, dan cinta pada Arema tidak boleh setengah-setengah,” ucap dia.

Bima juga menyampaikan kebanggaannya kepada tim produksi film yang sudah sukses masuk ke layar lebar. Menurut dia, hal tersebut bentuk kemajuan dari industri kreatif dan potensi warga Malang yang juga dapat bersaing di dunia perfilman. ”Saya sangat bangga, semoga karya-karya seperti ini terus bermunculan di Malang,” pungkas warga di kawasan Pisang Candi tersebut.

Untuk diketahui, film ini bercerita tentang tokoh utama bernama Pacho. Dia adalah seorang siswa SMP yang sangat cinta pada klub bola Arema–dalam salah satu scene dia mengenakan seragam putih biru bertuliskan SMPN 2 Dau yang sedang mempertanyakan temannya tidak mendukung Aremania. Segala hal dia lakukan agar dapat menonton tim sepak bola andalannya bertanding secara langsung. Sampai-sampai dia harus berseteru dengan ibunya karena hal tersebut.

”Kali ini  kami banyak berbicara tentang aksen satir saat fanatisme mulai dipertanyakan. Kisah-kisah para suporter yang penuh dengan dinamika masalah hidupnya,” ujar Taufan Agustyan selaku sutradara, saat ditemui di Movimax Dinoyo Mall kemarin.

Ada tiga plot yang dia mainkan dalam film berdurasi 120 menit tersebut. Selain Pacho, ada pula cerita Aremania di tanah rantau, antara memilih menonton Arema atau menanti kelahiran anaknya. Ada lagi kisah Aremanita yang memperjuangkan kehidupan keluarga di samping kecintaannya kepada Arema. Segala emosi itu dikemas sedemikian rupa oleh Taufan dalam cerita yang sudah rampung pada April 2017 lalu.

”Kami harus membuat adegan per adegan dengan sangat matang, seperti pada dialog harus ada hujan, tapi Malang sedang tidak musim hujan. Terpaksa kami mendatangkan pemadam kebakaran untuk membuat hujan buatan,” ceritanya.

Agar cerita filmnya semakin hidup, kisah seorang bapak perantau pun dibuat nyata di luar Malang. Mereka syuting di Kalimantan Timur dengan skenario lelaki penjual bakso. Bagaimana dia memaknai Arema saat bukan di tanahnya sendiri. ”Kumpulan cerita ini banyak memberi sebuah jawaban mengapa harus Arema, itulah mengapa judulnya adalah Satu Jiwa untuk Indonesia,” lanjut pria berambut gondrong tersebut. (el/c2/riq)

Let's block ads! (Why?)



Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ayo, Dukung Film Made in Malang Tayang di Seluruh Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.