Search

Disbudpar Kota Malang Gandeng Budayawan Hidupkan Seni ...

Aneka wayang berjajar di dinding ruang tamu. Di ruangan ini juga ada topeng malangan dan berbagai aksesoris budaya.

MALANG KOTA- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang sedang galau. Ini menyusul hasil kajian yang menyebut jika mayoritas warisan budaya leluhur hampir punah. Bahkan, jika tidak ada upaya penyelamatan, tidak lama lagi hanya tinggal cerita. Apalagi, di era teknologi yang demikian cepat ini, budaya tradisional kian ditinggalkan.

Ada sejumlah objek seni dan budaya warisan leluhur yang kini sudah tidak banyak dikenal, apalagi digemari anak-anak remaja. Di antaranya tradisi lisan (misalnya cerita rakyat), manuskrip, adat istiadat, situs, pengobatan tradisional, masakan tradisional, olahraga tradisional (sepak takraw, lompat batu), permainan rakyat (engklek, jumpritan), bahasa Jawa, dan seni tradisional.

Nah, agar warisan leluhur itu tidak punah, Disbudpar menggandeng ratusan seniman dan budayawan untuk menginventarisasi seni dan kebudayaan tradisional. Setelah didata, dilakukan perekaman untuk dibuatkan video. Tujuannya nanti, video itu dapat disosialisasikan ke pelajar di sekolah.

Kepala Disbudpar Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni menjelaskan, kegiatan perekaman dan inventarisasi seni dan budaya ini akan didesain ulang dalam bentuk yang menarik anak-anak muda untuk mempelajarinya.

”Saat ini, kami menyatukan persepsi budaya dan seni di Malang seperti apa dulu, baru kami susun strateginya,” ujar Ida Ayu kemarin.

Persamaan persepsi ini, menurut dia, memudahkan Dispudbar dan seniman yang ikut terjun agar bisa mengelompokkan ratusan budaya dan seni yang ada di Malang.

Sementara itu, strategi agar inventarisasi budaya bisa dinikmati masyarakat luas, akan dikemas dalam bentuk katalog pariwisata atau program study tour. Bahkan, kalau perlu disosialisasikan ke sekolah-sekolah.

”Atau bisa diputar di ruang pemutaran film yang ada di Museum Mpu Purwa,” ujar mantan Kepala Disperindag Kota Malang ini.

Ida melanjutkan, awal Juni lalu, kebetulan Kota Malang ditunjuk Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai salah satu tim penyusun pokok pikiran kebudayaan daerah (PPKD) prioritas 6 daerah dari seluruh kota dan kabupaten di Indonesia. Dengan prioritas ini, artinya Malang menjadi percontohan bagaimana mengumpulkan dan memanfaatkan kesenian dan kebudayaan. Karena itu, program inventarisasi seni dan budaya akan dipercepat.

”Tetapi, tidak hanya mengumpulkan, kami harus mengurai hambatan dan solusi yang membuat inventarisasi ini tidak bergerak,” tambah Ida.

Nantinya, jika inventarisasi selesai, rancangan sesuai dan tepat sasaran, bisa menjadi acuan bagi pemerintah daerah untuk menyusun rencana kerja serta anggaran pendapatan dan belanja daerah bidang kebudayaan setiap tahun.

Pewarta: Sandra Desi
Penyunting: Abdul Muntholib
Foto: Darmono

Let's block ads! (Why?)

Aneka wayang berjajar di dinding ruang tamu. Di ruangan ini juga ada topeng malangan dan berbagai aksesoris budaya.

MALANG KOTA- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang sedang galau. Ini menyusul hasil kajian yang menyebut jika mayoritas warisan budaya leluhur hampir punah. Bahkan, jika tidak ada upaya penyelamatan, tidak lama lagi hanya tinggal cerita. Apalagi, di era teknologi yang demikian cepat ini, budaya tradisional kian ditinggalkan.

Ada sejumlah objek seni dan budaya warisan leluhur yang kini sudah tidak banyak dikenal, apalagi digemari anak-anak remaja. Di antaranya tradisi lisan (misalnya cerita rakyat), manuskrip, adat istiadat, situs, pengobatan tradisional, masakan tradisional, olahraga tradisional (sepak takraw, lompat batu), permainan rakyat (engklek, jumpritan), bahasa Jawa, dan seni tradisional.

Nah, agar warisan leluhur itu tidak punah, Disbudpar menggandeng ratusan seniman dan budayawan untuk menginventarisasi seni dan kebudayaan tradisional. Setelah didata, dilakukan perekaman untuk dibuatkan video. Tujuannya nanti, video itu dapat disosialisasikan ke pelajar di sekolah.

Kepala Disbudpar Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni menjelaskan, kegiatan perekaman dan inventarisasi seni dan budaya ini akan didesain ulang dalam bentuk yang menarik anak-anak muda untuk mempelajarinya.

”Saat ini, kami menyatukan persepsi budaya dan seni di Malang seperti apa dulu, baru kami susun strateginya,” ujar Ida Ayu kemarin.

Persamaan persepsi ini, menurut dia, memudahkan Dispudbar dan seniman yang ikut terjun agar bisa mengelompokkan ratusan budaya dan seni yang ada di Malang.

Sementara itu, strategi agar inventarisasi budaya bisa dinikmati masyarakat luas, akan dikemas dalam bentuk katalog pariwisata atau program study tour. Bahkan, kalau perlu disosialisasikan ke sekolah-sekolah.

”Atau bisa diputar di ruang pemutaran film yang ada di Museum Mpu Purwa,” ujar mantan Kepala Disperindag Kota Malang ini.

Ida melanjutkan, awal Juni lalu, kebetulan Kota Malang ditunjuk Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai salah satu tim penyusun pokok pikiran kebudayaan daerah (PPKD) prioritas 6 daerah dari seluruh kota dan kabupaten di Indonesia. Dengan prioritas ini, artinya Malang menjadi percontohan bagaimana mengumpulkan dan memanfaatkan kesenian dan kebudayaan. Karena itu, program inventarisasi seni dan budaya akan dipercepat.

”Tetapi, tidak hanya mengumpulkan, kami harus mengurai hambatan dan solusi yang membuat inventarisasi ini tidak bergerak,” tambah Ida.

Nantinya, jika inventarisasi selesai, rancangan sesuai dan tepat sasaran, bisa menjadi acuan bagi pemerintah daerah untuk menyusun rencana kerja serta anggaran pendapatan dan belanja daerah bidang kebudayaan setiap tahun.

Pewarta: Sandra Desi
Penyunting: Abdul Muntholib
Foto: Darmono

Let's block ads! (Why?)



Bagikan Berita Ini

0 Response to "Disbudpar Kota Malang Gandeng Budayawan Hidupkan Seni ..."

Post a Comment

Powered by Blogger.