JAKARTA, KOMPAS.com - Memasuki daerah perumahan Jalan Tata Surya 2, di ujung jalan akan tampak sebuah rumah dengan gerbang yang nyentrik.
Gerbang kayu berhiaskan tirai merah dan lampion. Di atasnya terdapat papan nama dengan tulisan huruf mandarin dan huruf alfabet 'Roemah Coffee Loe Mien Toe'.
"Loe Mien Toe itu sebenarnya diambil dari 'lumintu' yang artinya dalam Bahasa Jawa, sedikit-sedikit lama lama jadi banyak," kata pemilik Loe Min Toe, Bowo Wasito saat ditemui di Malang, Minggu (2/9/2018).
Bowo bercerita cafe Loe Min Toe memang digagas oleh dirinya dan dikelola oleh anaknya. Harga sewa tempat yang melejit di Malang membuatnya berpikir untuk memanfaatkan lahan miliknya sendiri. Maka dari itu Loe Min Toe berada di daerah perumahan.
Loe Min Toe mengambil tema peranakan alias China-Jawa. Ini pula yang menurut Bowo tercermin dari latar belakang dirinya dan istri yang melambangkan kemajemukan.
"Kafe ini buka empat tahun lalu, dari 2014. Kalau barang-barangnya sendiri memang koleksi saya. Saya hobi koleksi barang antik dari dulu. Kalau kerja ke daerah saya berburu barang antik. Sampai ada yang dari Papua juga," kata Bowo.
Bowo memajang barang antik koleksinya di kafe dengan sangat apik. Sampai setiap sudut ruang, sampai langit-langit juga ada barang antik. Tak pelak, setiap ruangan di Loe Min Toe punya kisah sendiri dan untuk anak zaman sekarang masuk golongan ' Instagramable'.
Market anak muda alias mahasiswa di daerah sekitar kafe juga menjadi sasaran dari Bowo dan anaknya Anita. Loe Min Toe sering menjadi tempat para mahasiswa untuk mengerjakan tugas, sekedar nongkrong, sampai digunakan komunitas untuk belajar Bahasa Inggris.
"Kafe ini tidak ada musiknya, karena cari cafe berisik di Malang itu gampang tetapi cari cafe yang hening itu susah. Lagipula musiknya juga kalah dengan suara air sungai," kata anak Bowo, Anita.
Di bawah Loe Min Toe mengalir Sungai Brantas. Memberi hawa sejuk sehingga semua ruangan Loe Min Toe tidak lagi perlu pendingin ruangan. Tentunya suara musik alami, aliran Sungai Brantas yang menenangkan.
Tidak heran saat KompasTravel berkunjung ke Loe Min Toe, tampak beberapa kelompok mahasiswa sedang fokus mengerjakan tugas mereka di laptop.
Soal pilihan makanan, Loe Min Toe tidak memiliki banyak pilihan tetapi ada camilan dan makanan berat seperti nasi ayam, mie dan kwetiauw goreng untuk mengganjal perut. Harganya tentu harga yang bersahabat dengan mahasiswa, berkisar Rp 10.000 an.
Selain menjadi tempat nongkrong mahasiswa, Loe Min Toe juga membuka pintu bagi sesi pemotretan atau lokasi syuting film. Untuk itu dikenakan tarif Rp 200.000 per jam.
"Terserah mau foto di mana saja, pesan makanan atau tidak. Saran saya sebelum jam satu siang, sebelum kafe buka. Untuk pesta juga boleh kalau mau bawa katering sendiri silahkan," jelas Anita.
Kafe Loe Min Toe buka dari pukul 13.00-00.00 WIB setiap hari, kecuali Senin kafe ini tutup. Lokasinya beradai di Jalan Tata Surya 2, Dinoyo, Malang, Jawa Timur. Dapat diakses dengan menggunakan peta digital.
JAKARTA, KOMPAS.com - Memasuki daerah perumahan Jalan Tata Surya 2, di ujung jalan akan tampak sebuah rumah dengan gerbang yang nyentrik.
Gerbang kayu berhiaskan tirai merah dan lampion. Di atasnya terdapat papan nama dengan tulisan huruf mandarin dan huruf alfabet 'Roemah Coffee Loe Mien Toe'.
"Loe Mien Toe itu sebenarnya diambil dari 'lumintu' yang artinya dalam Bahasa Jawa, sedikit-sedikit lama lama jadi banyak," kata pemilik Loe Min Toe, Bowo Wasito saat ditemui di Malang, Minggu (2/9/2018).
Bowo bercerita cafe Loe Min Toe memang digagas oleh dirinya dan dikelola oleh anaknya. Harga sewa tempat yang melejit di Malang membuatnya berpikir untuk memanfaatkan lahan miliknya sendiri. Maka dari itu Loe Min Toe berada di daerah perumahan.
Loe Min Toe mengambil tema peranakan alias China-Jawa. Ini pula yang menurut Bowo tercermin dari latar belakang dirinya dan istri yang melambangkan kemajemukan.
"Kafe ini buka empat tahun lalu, dari 2014. Kalau barang-barangnya sendiri memang koleksi saya. Saya hobi koleksi barang antik dari dulu. Kalau kerja ke daerah saya berburu barang antik. Sampai ada yang dari Papua juga," kata Bowo.
Bowo memajang barang antik koleksinya di kafe dengan sangat apik. Sampai setiap sudut ruang, sampai langit-langit juga ada barang antik. Tak pelak, setiap ruangan di Loe Min Toe punya kisah sendiri dan untuk anak zaman sekarang masuk golongan ' Instagramable'.
Market anak muda alias mahasiswa di daerah sekitar kafe juga menjadi sasaran dari Bowo dan anaknya Anita. Loe Min Toe sering menjadi tempat para mahasiswa untuk mengerjakan tugas, sekedar nongkrong, sampai digunakan komunitas untuk belajar Bahasa Inggris.
"Kafe ini tidak ada musiknya, karena cari cafe berisik di Malang itu gampang tetapi cari cafe yang hening itu susah. Lagipula musiknya juga kalah dengan suara air sungai," kata anak Bowo, Anita.
Di bawah Loe Min Toe mengalir Sungai Brantas. Memberi hawa sejuk sehingga semua ruangan Loe Min Toe tidak lagi perlu pendingin ruangan. Tentunya suara musik alami, aliran Sungai Brantas yang menenangkan.
Tidak heran saat KompasTravel berkunjung ke Loe Min Toe, tampak beberapa kelompok mahasiswa sedang fokus mengerjakan tugas mereka di laptop.
Soal pilihan makanan, Loe Min Toe tidak memiliki banyak pilihan tetapi ada camilan dan makanan berat seperti nasi ayam, mie dan kwetiauw goreng untuk mengganjal perut. Harganya tentu harga yang bersahabat dengan mahasiswa, berkisar Rp 10.000 an.
Selain menjadi tempat nongkrong mahasiswa, Loe Min Toe juga membuka pintu bagi sesi pemotretan atau lokasi syuting film. Untuk itu dikenakan tarif Rp 200.000 per jam.
"Terserah mau foto di mana saja, pesan makanan atau tidak. Saran saya sebelum jam satu siang, sebelum kafe buka. Untuk pesta juga boleh kalau mau bawa katering sendiri silahkan," jelas Anita.
Kafe Loe Min Toe buka dari pukul 13.00-00.00 WIB setiap hari, kecuali Senin kafe ini tutup. Lokasinya beradai di Jalan Tata Surya 2, Dinoyo, Malang, Jawa Timur. Dapat diakses dengan menggunakan peta digital.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Loe Min Toe, Kafe Tema Peranakan Murah Meriah di Malang"
Post a Comment