SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Pada awal 2015, berdiri sebuah komunitas di Kota Malang bernama Game Developer Malang (GDM).
Komunitas ini didirikan seiring berpotensinya para pegiat game di Kota Malang membikin animasi,
produk dan layanan jasa.
Produk anak-anak Kota Malang ini bahkan telah dikonsumsi di beberapa negara. Seperti Jepang,
Amerika Serikat dan negara-negara di Benua Eropa. Produknya seperti Burst Fighter yang dimainkan
komputer. Lalu ada Galaktik Rush, yang dimainkan di ponsel.
Ketua GDM, Amri Rizqi (34) bercerita, sudah banyak orang yang bekerja di bidang game, baik personal
maupun ikut perusahaan lain.
Di Kota Malang, sudah ada enam studio yang menjadi tempat para anak-anak muda memproduksi animasi game.
“Mereka kerja di Kota Malang. Tapi produknya ada di Jepang, Amerika Serikat dan Eropa,” katanya.
Menurut Amri, kualitas produksi di Kota Malang sudah tidak diragukan lagi. Meski anak-anak atau
komunitas yang bergerak di bidang ini masih dalam level indie, peluang ke depan dinilai sangat terbuka
luas.
Peluang di tengah gencarnya revolusi industri 4.0 menjadi kesempatan yang tidak bisa dilewatkan.
Tantangan saat ini adalah memasarkan produk yang dibuat.
Amri mengatakan, justru masyarakat Kota Malang belum banyak mengenal produk-produk yang dibuat anak-anak Kota Malang.
“Memang masyarakat luar yang mengenal. Untuk lokal, masih belum berkembang ke arah situ. Memang
terjadi di setiap tempat, terkadang masyarakat kita belum bisa menerima produk lokal,” katanya.
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Pada awal 2015, berdiri sebuah komunitas di Kota Malang bernama Game Developer Malang (GDM).
Komunitas ini didirikan seiring berpotensinya para pegiat game di Kota Malang membikin animasi,
produk dan layanan jasa.
Produk anak-anak Kota Malang ini bahkan telah dikonsumsi di beberapa negara. Seperti Jepang,
Amerika Serikat dan negara-negara di Benua Eropa. Produknya seperti Burst Fighter yang dimainkan
komputer. Lalu ada Galaktik Rush, yang dimainkan di ponsel.
Ketua GDM, Amri Rizqi (34) bercerita, sudah banyak orang yang bekerja di bidang game, baik personal
maupun ikut perusahaan lain.
Di Kota Malang, sudah ada enam studio yang menjadi tempat para anak-anak muda memproduksi animasi game.
“Mereka kerja di Kota Malang. Tapi produknya ada di Jepang, Amerika Serikat dan Eropa,” katanya.
Menurut Amri, kualitas produksi di Kota Malang sudah tidak diragukan lagi. Meski anak-anak atau
komunitas yang bergerak di bidang ini masih dalam level indie, peluang ke depan dinilai sangat terbuka
luas.
Peluang di tengah gencarnya revolusi industri 4.0 menjadi kesempatan yang tidak bisa dilewatkan.
Tantangan saat ini adalah memasarkan produk yang dibuat.
Amri mengatakan, justru masyarakat Kota Malang belum banyak mengenal produk-produk yang dibuat anak-anak Kota Malang.
“Memang masyarakat luar yang mengenal. Untuk lokal, masih belum berkembang ke arah situ. Memang
terjadi di setiap tempat, terkadang masyarakat kita belum bisa menerima produk lokal,” katanya.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Komunitas Game Developer Malang (GDM), Menentukan Arah Pasar Masih Susah - Surya Malang"
Post a Comment