Search

Wali Kota Sutiaji: Kota Malang Bisa Menjadi Kota Termacet Kedua setelah Jakarta - Surya Malang

SURYAMALANG.COM, KLOJEN – Tantangan pembangunan di Kota Malang adalah menyiapkan kebijakan, tatakelola, dan infrastruktur yang dapat mengurai kemacetan. Pertambahan jumlah kendaraan pribadi sangat signifikan, tidak sebanding dengan kapasitas jalan. Sementara transportasi publik  belum bisa memberikan alternatif layanan yang mengubah budaya bepergian.

Hal tersebut dikatakan Wali Kota Malang Sutiaji saat menghadiri Dialog Publik berjudul ‘Kota Malang Darurat Infrastruktur Ekonomi’ di Ruang Sidang Utama, Gedung Dekanat Lama FEB, Universitas Brawijaya (UB) Malang, Selasa (30/4/2019).

Pada acara itu, Sutiaji didampingi Asisten 2 Pemkot Malang, Diah Ayu Kusumadewi dan Kepala Dinas PUPR Kota Malang, Hadi Santoso.

“Solusi jangka pendek dan menengah lainnya yang dilakukan oleh Pemkot Malang adalah mengembangkan Integrated Traffic Control (ITC) atau sistem kontrol lalu lintas cerdas yang saat ini sebanyak 3 titik menjadi 17 titik perempatan" ujar Sutiaji, Selasa (30/4/2019).

Untuk itu, lanjut Sutiaji, Pemerintah Kota Malang akan terus melakukan berbagai upaya baik jangka pendek untuk mengurai kemacetan dalam bentuk rekayasa lalu lintas di sejumlah koridor jalan. Ditambahkannya, pemeliharaan dan perbaikan jalan di Kota Malang juga akan segera dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Dalam data yang ditampilkan oleh Sutiaji, jumlah kendaraan di Kota Malang terus bertambah sejak 2012. Ada sebanyak 858.666 kendaraan pada 2012. Kemudian meningkat menjadi 895.556 pada 2013.

Angka itu terus bertambah menjadi 898.556 pada 2014 dan 943.156 pada 2015. Jumlah kendaraan di Kota Malang mencapai 1.045.380 pada 2016.

Dengan semakin tingginya jumlah kendaraan di Kota Malang, Sutiaji mengatakan tidak menutup kemungkinan Kota Malang menjadi kota termacet kedua setelah Jakarta. Apalagi, dalam waktu dekat ini akan ada jalur keluar tol.

Pada kesempatan itu, Sutiaji juga bercerita tentang kondisi Kota Surabaya yang mulai mengurangi tingkat kemacetan. Kata Sutiaji, telah ada penelitian yang dilakukan oleh pemerintah Surabaya terhadap pergerakan manusia di kota terbesar kedua di Indonesia itu.

Dengan adanya penelitian itu, Pemkot Surabaya memiliki data pergerakan manusia sehingga bisa memprediksi jalan-jalan yang rawan macet. Sementara di Kota Malang sendiri, kata Sutiaji, belum ada penelitian ataupun survey seperti halnya yang terjadi di Kota Surabaya.

Let's block ads! (Why?)

SURYAMALANG.COM, KLOJEN – Tantangan pembangunan di Kota Malang adalah menyiapkan kebijakan, tatakelola, dan infrastruktur yang dapat mengurai kemacetan. Pertambahan jumlah kendaraan pribadi sangat signifikan, tidak sebanding dengan kapasitas jalan. Sementara transportasi publik  belum bisa memberikan alternatif layanan yang mengubah budaya bepergian.

Hal tersebut dikatakan Wali Kota Malang Sutiaji saat menghadiri Dialog Publik berjudul ‘Kota Malang Darurat Infrastruktur Ekonomi’ di Ruang Sidang Utama, Gedung Dekanat Lama FEB, Universitas Brawijaya (UB) Malang, Selasa (30/4/2019).

Pada acara itu, Sutiaji didampingi Asisten 2 Pemkot Malang, Diah Ayu Kusumadewi dan Kepala Dinas PUPR Kota Malang, Hadi Santoso.

“Solusi jangka pendek dan menengah lainnya yang dilakukan oleh Pemkot Malang adalah mengembangkan Integrated Traffic Control (ITC) atau sistem kontrol lalu lintas cerdas yang saat ini sebanyak 3 titik menjadi 17 titik perempatan" ujar Sutiaji, Selasa (30/4/2019).

Untuk itu, lanjut Sutiaji, Pemerintah Kota Malang akan terus melakukan berbagai upaya baik jangka pendek untuk mengurai kemacetan dalam bentuk rekayasa lalu lintas di sejumlah koridor jalan. Ditambahkannya, pemeliharaan dan perbaikan jalan di Kota Malang juga akan segera dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Dalam data yang ditampilkan oleh Sutiaji, jumlah kendaraan di Kota Malang terus bertambah sejak 2012. Ada sebanyak 858.666 kendaraan pada 2012. Kemudian meningkat menjadi 895.556 pada 2013.

Angka itu terus bertambah menjadi 898.556 pada 2014 dan 943.156 pada 2015. Jumlah kendaraan di Kota Malang mencapai 1.045.380 pada 2016.

Dengan semakin tingginya jumlah kendaraan di Kota Malang, Sutiaji mengatakan tidak menutup kemungkinan Kota Malang menjadi kota termacet kedua setelah Jakarta. Apalagi, dalam waktu dekat ini akan ada jalur keluar tol.

Pada kesempatan itu, Sutiaji juga bercerita tentang kondisi Kota Surabaya yang mulai mengurangi tingkat kemacetan. Kata Sutiaji, telah ada penelitian yang dilakukan oleh pemerintah Surabaya terhadap pergerakan manusia di kota terbesar kedua di Indonesia itu.

Dengan adanya penelitian itu, Pemkot Surabaya memiliki data pergerakan manusia sehingga bisa memprediksi jalan-jalan yang rawan macet. Sementara di Kota Malang sendiri, kata Sutiaji, belum ada penelitian ataupun survey seperti halnya yang terjadi di Kota Surabaya.

Let's block ads! (Why?)



Bagikan Berita Ini

0 Response to "Wali Kota Sutiaji: Kota Malang Bisa Menjadi Kota Termacet Kedua setelah Jakarta - Surya Malang"

Post a Comment

Powered by Blogger.