SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang mendapatkan usulan dari masyarakat supaya pelajaran anti radikalisme diajarkan di kurikulum muatan lokal di Kota Malang.
Usulan ini diungkapkan oleh Sekretaris Daerah (sekda) Kota Malang Wasto di sela-sela Safari Ramadan di Masjid Ki Ageng Gribig Kecamatan Kedungkandang Kota Malang, Minggu (20/5/2018) malam.
Wasto menuturkan, usulan itu berasal dari salah satu warga yang menjadi penceramah di masjid tersebut. "Usulan yang disampaikan Pak Taufik itu sangat baik, dan akan kami pertimbangan dan bahasa. Sebab ada usulan serupa juga dari beberapa organisasi kepemudaan dan keagamaan di Kota Malang," ujar Wasto.
Ketika mendapatkan usulan itu, Pemkot menyarankan supaya mereka melakukan pembahasan, salah satunya melalui diskusi. Jika memang ide itu bisa diterapkan di muatan lokal, maka Pemkot bakal membuat kebijakan.
Selain itu, pada akhir pekan ini, lanjut Wasto, pihaknya juga bakal bertemu dengan forum rektor di Kota malang. Di forum rektor itu, Pemkot akan meminta supaya materi tentang anti radikalisme disosialisasikan di masa pengenalan lingkungan kampus bagi mahasiswa baru.
'Upaya-upaya ini diharapkan bisa meminimalkan bibit gerakan radikal di Indonesia, khususnya di Kota Malang. Karena gerakan radikal itu bisa berbuntut kepada aksi terorisme. Kami tidak ingin apa yang terjadi di Surabaya ataupun Mapolda Riau terjadi di Kota Malang (ledakan bom). Kalau itu terjadi perekonomian Kota Malang bisa lumpuh," tegas Wasto.
Safari Ramadan yang digelar oleh Pemkot Malang di bulan Ramadan tahun ini sedikit berbeda dengan Safari Ramadan tahun-tahun sebelumnya. Perbedaan itu terlihat di isu atau materi yang disampaikan oleh pejabat Pemkot Malang.
Isu anti radikalisme dan terorisme kini lebih sering disampaikan di acara Safari Ramadan kali ini, selain tentang persatuan dan kesatuan.
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang mendapatkan usulan dari masyarakat supaya pelajaran anti radikalisme diajarkan di kurikulum muatan lokal di Kota Malang.
Usulan ini diungkapkan oleh Sekretaris Daerah (sekda) Kota Malang Wasto di sela-sela Safari Ramadan di Masjid Ki Ageng Gribig Kecamatan Kedungkandang Kota Malang, Minggu (20/5/2018) malam.
Wasto menuturkan, usulan itu berasal dari salah satu warga yang menjadi penceramah di masjid tersebut. "Usulan yang disampaikan Pak Taufik itu sangat baik, dan akan kami pertimbangan dan bahasa. Sebab ada usulan serupa juga dari beberapa organisasi kepemudaan dan keagamaan di Kota Malang," ujar Wasto.
Ketika mendapatkan usulan itu, Pemkot menyarankan supaya mereka melakukan pembahasan, salah satunya melalui diskusi. Jika memang ide itu bisa diterapkan di muatan lokal, maka Pemkot bakal membuat kebijakan.
Selain itu, pada akhir pekan ini, lanjut Wasto, pihaknya juga bakal bertemu dengan forum rektor di Kota malang. Di forum rektor itu, Pemkot akan meminta supaya materi tentang anti radikalisme disosialisasikan di masa pengenalan lingkungan kampus bagi mahasiswa baru.
'Upaya-upaya ini diharapkan bisa meminimalkan bibit gerakan radikal di Indonesia, khususnya di Kota Malang. Karena gerakan radikal itu bisa berbuntut kepada aksi terorisme. Kami tidak ingin apa yang terjadi di Surabaya ataupun Mapolda Riau terjadi di Kota Malang (ledakan bom). Kalau itu terjadi perekonomian Kota Malang bisa lumpuh," tegas Wasto.
Safari Ramadan yang digelar oleh Pemkot Malang di bulan Ramadan tahun ini sedikit berbeda dengan Safari Ramadan tahun-tahun sebelumnya. Perbedaan itu terlihat di isu atau materi yang disampaikan oleh pejabat Pemkot Malang.
Isu anti radikalisme dan terorisme kini lebih sering disampaikan di acara Safari Ramadan kali ini, selain tentang persatuan dan kesatuan.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Warga Usulkan Anti Radikalisme Masuk Kurikulum Muatan Lokal di ..."
Post a Comment