SURYAMALANG.COM, KEPANJEN - Bulan Februari diprediksi merupakan puncak musim hujan. Kondisi tersebut membuat masyarakat Malang harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya banjir.
Apalagi masyarakat yang bermukim di sekitar aliran Sungai Brantas, Kabupaten Malang.
Direktur Utama Perum Jasa Tirta (PJT) I, Raymond Valiant Ruritan, menuturkan tiap memasuki musim penghujan, sungai Brantas kerap kali alami kenaikan debit air. Namun, jelang berakhirnya bulan Januari tahun ini, kondisi debit air sungai Brantas bisa dikatakan masih stabil.
"Hingga kini ini masih belum terlihat adanya kenaikan debit aliran sungai, prediksi kami antara Februari hingga Maret," terang Raymond ketika dikonfirmasi, Minggu (27/1/2019).
Raymond menjelaskan, ketika musim hujan dinding sungai rentan mengalami pelebaran akibat longsoran tergerus arus sungai.
Jika curah hujan terus tinggi, ia memprediksi debit air juga akan naik. Melihat pantauan pada tahun 2018 lalu, aliran air mencapai 12 miliar per meter kubik. Sedangkan yang masuk pemanfaatan hanya 2,6 hingga 3,0 miliar per meter kubik. Tapi, potensi itu hanya pada musim hujan.
"Pada tahun 2018 kemarin memang kami menyebutnya masa kering, oleh karenanya mengalami penurunan untuk debit air DAS Brantas Biasanya setelah masa kering itu selanjutnya masa basah, ya di tahun 2019 ini ya jatuhnya," ucapnya.
Terkait adanya potensi pelebaran sungai akibat gerusan arus air, Raymond mengingatkan agar dilakukan penanaman kembali alias reboisasi. Terutama di pinggir sungai.
Sebagai informasi, keseluruhan sungai Brantas mencapai 230 Kilometer, seperlimanya atau sekitar 45 kilometer melintas di wilayah KabupatenMalang.
“Perlu digalakkan penanaman kembali pohon-pohon berakar kuat di area DAS Brantas. Kalau pisang ya kurang kuat," ujarnya.
SURYAMALANG.COM, KEPANJEN - Bulan Februari diprediksi merupakan puncak musim hujan. Kondisi tersebut membuat masyarakat Malang harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya banjir.
Apalagi masyarakat yang bermukim di sekitar aliran Sungai Brantas, Kabupaten Malang.
Direktur Utama Perum Jasa Tirta (PJT) I, Raymond Valiant Ruritan, menuturkan tiap memasuki musim penghujan, sungai Brantas kerap kali alami kenaikan debit air. Namun, jelang berakhirnya bulan Januari tahun ini, kondisi debit air sungai Brantas bisa dikatakan masih stabil.
"Hingga kini ini masih belum terlihat adanya kenaikan debit aliran sungai, prediksi kami antara Februari hingga Maret," terang Raymond ketika dikonfirmasi, Minggu (27/1/2019).
Raymond menjelaskan, ketika musim hujan dinding sungai rentan mengalami pelebaran akibat longsoran tergerus arus sungai.
Jika curah hujan terus tinggi, ia memprediksi debit air juga akan naik. Melihat pantauan pada tahun 2018 lalu, aliran air mencapai 12 miliar per meter kubik. Sedangkan yang masuk pemanfaatan hanya 2,6 hingga 3,0 miliar per meter kubik. Tapi, potensi itu hanya pada musim hujan.
"Pada tahun 2018 kemarin memang kami menyebutnya masa kering, oleh karenanya mengalami penurunan untuk debit air DAS Brantas Biasanya setelah masa kering itu selanjutnya masa basah, ya di tahun 2019 ini ya jatuhnya," ucapnya.
Terkait adanya potensi pelebaran sungai akibat gerusan arus air, Raymond mengingatkan agar dilakukan penanaman kembali alias reboisasi. Terutama di pinggir sungai.
Sebagai informasi, keseluruhan sungai Brantas mencapai 230 Kilometer, seperlimanya atau sekitar 45 kilometer melintas di wilayah KabupatenMalang.
“Perlu digalakkan penanaman kembali pohon-pohon berakar kuat di area DAS Brantas. Kalau pisang ya kurang kuat," ujarnya.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "45 dari 230 Kilometer Sungai Brantas Melintasi Kabupaten Malang, Perlu Penghijauan Mulai Sekarang - Surya Malang"
Post a Comment