MALANG KOTA – Terinspirasi dari gerakan sedekah Rp 1.000 per hari yang digagas Wali Kota Malang Sutiaji, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Zubaidah juga mewacanakan sumbangan seribu rupiah. Tapi, sumbangan itu diharapkan datang dari siswa, guru, dan aparatur sipil negara (ASN) di kantor disdik.
”Minimal, seribu rupiah per hari untuk siswa dan guru, terutama ASN disdik bersedekah,” kata Zubaidah.
Zubaidah menegaskan, sumbangan itu tidak wajib. ”Tapi kalau bisa, ASN ikut menyumbang per harinya,” kata dia.
Sementara untuk non-ASN, sifatnya imbauan saja. Namun, ini bukan program sedekah biasa. Rencananya, dana hasil sumbangan akan digunakan untuk merenovasi sekolah. Selama ini, dana renovasi bergantung dari bantuan operasional sekolah (BOS) maupun bantuan operasional sekolah daerah (bosda). Padahal tidak terlalu besar.
”Apalagi, jumlah kelas yang direnovasi mencapai ribuan. Itu pun tidak bisa selesai dalam waktu sekian tahun,” kata mantan kepala dinas sosial (kadinsos) Kota Malang itu.
Agar nominalnya bisa mencukupi renovasi sekolah, disdik mempersilakan seluruh sekolah, baik negeri dan swasta, menerapkan hal serupa. ”Ada 274 SD swasta dan negeri. Lalu SMP ada 102. Kalau dimaksimalkan, dananya bisa digunakan untuk renov beberapa kelas,” kata Zubaidah.
Jika tidak digunakan untuk merenovasi sekolah, dia berjanji akan ada laporan tertulis terkait penyalurannya. ”Misalnya, membangun musala sekolah, membantu siswa atau guru yang kena musibah,” jelas pejabat eselon dua ini.
Agar penggunaan dana transparan, disdik siap menampilkan perolehan dana sedekah melalui web disdik. ”Ya, ini lumayan beberapa hari sudah tampak hasil sedekahnya,” kata dia.
Dia tidak mau menargetkan sedekah ini harus terkumpul berapa setiap bulannya. Selain itu, dia juga tidak memaksa guru maupun siswa menyumbang setiap hari. ”Sebisanya dan semampunya. Kalaupun dana yang diperoleh belum bisa membantu renovasi beberapa sekolah, akan kami cari cara menyalurkan,” kata dia. (san/c2/dan)
MALANG KOTA – Terinspirasi dari gerakan sedekah Rp 1.000 per hari yang digagas Wali Kota Malang Sutiaji, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Zubaidah juga mewacanakan sumbangan seribu rupiah. Tapi, sumbangan itu diharapkan datang dari siswa, guru, dan aparatur sipil negara (ASN) di kantor disdik.
”Minimal, seribu rupiah per hari untuk siswa dan guru, terutama ASN disdik bersedekah,” kata Zubaidah.
Zubaidah menegaskan, sumbangan itu tidak wajib. ”Tapi kalau bisa, ASN ikut menyumbang per harinya,” kata dia.
Sementara untuk non-ASN, sifatnya imbauan saja. Namun, ini bukan program sedekah biasa. Rencananya, dana hasil sumbangan akan digunakan untuk merenovasi sekolah. Selama ini, dana renovasi bergantung dari bantuan operasional sekolah (BOS) maupun bantuan operasional sekolah daerah (bosda). Padahal tidak terlalu besar.
”Apalagi, jumlah kelas yang direnovasi mencapai ribuan. Itu pun tidak bisa selesai dalam waktu sekian tahun,” kata mantan kepala dinas sosial (kadinsos) Kota Malang itu.
Agar nominalnya bisa mencukupi renovasi sekolah, disdik mempersilakan seluruh sekolah, baik negeri dan swasta, menerapkan hal serupa. ”Ada 274 SD swasta dan negeri. Lalu SMP ada 102. Kalau dimaksimalkan, dananya bisa digunakan untuk renov beberapa kelas,” kata Zubaidah.
Jika tidak digunakan untuk merenovasi sekolah, dia berjanji akan ada laporan tertulis terkait penyalurannya. ”Misalnya, membangun musala sekolah, membantu siswa atau guru yang kena musibah,” jelas pejabat eselon dua ini.
Agar penggunaan dana transparan, disdik siap menampilkan perolehan dana sedekah melalui web disdik. ”Ya, ini lumayan beberapa hari sudah tampak hasil sedekahnya,” kata dia.
Dia tidak mau menargetkan sedekah ini harus terkumpul berapa setiap bulannya. Selain itu, dia juga tidak memaksa guru maupun siswa menyumbang setiap hari. ”Sebisanya dan semampunya. Kalaupun dana yang diperoleh belum bisa membantu renovasi beberapa sekolah, akan kami cari cara menyalurkan,” kata dia. (san/c2/dan)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Disdik Kota Malang Wacanakan Iuran Guru-Siswa untuk Renovasi Sekolah - Jawa Pos Radar Malang"
Post a Comment