BERJULUK Kota Pendidikan terbesar ketiga di Indonesia setelah Bandung dan Yogyakarta, Kota Malang harus menanggung risiko negatif lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Tak hanya di hari kerja dan saban akhir pekan, Kota Malang bernasib malang di periode wisuda dan liburan mahasiswa.
Sekitar 91 perguruan tinggi pada 2017 dan 121 sekolah menengah dan vokasi, Kota Malang, saban pagi dan sore, menanggung risiko kemacetan parah.
Hampir 420 ribu dari 1,1 juta penduduknya berstatus siswa dan mahasiswa. Ini belum termasuk guru, dosen, dan tenaga pendukung kependidikan yang sudah bermukim turun temurun.
Mobilitas urban kota pendidikan ini belum ditunjang sistem dan infrastruktur transpotasi publik memadai. Jadilah roda dua dan kendaraan roda empat milik privat menjadi moda gerak utama di jalan pendek nan padat.
Gatu (31), wisudawan Program Pascasarjana Ilmu Administrasi Ekonomi Universitas Brawijaya (UB) Malang, punya ungkapan menarik nan satiris.
“Waktu saya SMA (2000-an) ada ungkapan motor takut tertabrak mobil, sekarang mobil yang takut kegores motor," katanya di Aula Samantha Krida, UB, Sabtu (15/12/2018).
Temuan InRIX 2017, menempatkan ruas jalan di wilayah metro Malang berpenduduk 1,2 juta orang itu, sebagai kota termacet ke-3 di Indonesia, setelah Jakarta dan Bandung.
Survei menyebutkan, pengendara harus menghabiskan 45 jam dalam setahun di pusaran macet.
Di jalan-jalan di Malang Raya, laiknya air mengalir yang mencari celah. Jumlah kendaraan bermotor di Kota Malang setara separo jumlah penduduknya, 895.387 jiwa pada 2017. Setahun kemudian jumlah kendaraan bermotor bertambah sekitar 15.000.
BERJULUK Kota Pendidikan terbesar ketiga di Indonesia setelah Bandung dan Yogyakarta, Kota Malang harus menanggung risiko negatif lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Tak hanya di hari kerja dan saban akhir pekan, Kota Malang bernasib malang di periode wisuda dan liburan mahasiswa.
Sekitar 91 perguruan tinggi pada 2017 dan 121 sekolah menengah dan vokasi, Kota Malang, saban pagi dan sore, menanggung risiko kemacetan parah.
Hampir 420 ribu dari 1,1 juta penduduknya berstatus siswa dan mahasiswa. Ini belum termasuk guru, dosen, dan tenaga pendukung kependidikan yang sudah bermukim turun temurun.
Mobilitas urban kota pendidikan ini belum ditunjang sistem dan infrastruktur transpotasi publik memadai. Jadilah roda dua dan kendaraan roda empat milik privat menjadi moda gerak utama di jalan pendek nan padat.
Gatu (31), wisudawan Program Pascasarjana Ilmu Administrasi Ekonomi Universitas Brawijaya (UB) Malang, punya ungkapan menarik nan satiris.
“Waktu saya SMA (2000-an) ada ungkapan motor takut tertabrak mobil, sekarang mobil yang takut kegores motor," katanya di Aula Samantha Krida, UB, Sabtu (15/12/2018).
Temuan InRIX 2017, menempatkan ruas jalan di wilayah metro Malang berpenduduk 1,2 juta orang itu, sebagai kota termacet ke-3 di Indonesia, setelah Jakarta dan Bandung.
Survei menyebutkan, pengendara harus menghabiskan 45 jam dalam setahun di pusaran macet.
Di jalan-jalan di Malang Raya, laiknya air mengalir yang mencari celah. Jumlah kendaraan bermotor di Kota Malang setara separo jumlah penduduknya, 895.387 jiwa pada 2017. Setahun kemudian jumlah kendaraan bermotor bertambah sekitar 15.000.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Malangnya Kota Malang di Hari Wisuda - Surya"
Post a Comment