TEMPO.CO, Malang - Kota Malang akan segera memiliki tujuan wisata heritage yang berbeda dengan daerah lain. Wisata ini memadukan kawasan Malioboro di Yogyakarta dan Braga di Bandung. Letaknya, kata Wali Kota Malang Sutiaji di Malang, pada Selasa, 2 April, di Kampung Kayutangan yaitu disepanjang Jalan Basuki Rahmad.
"Kawasan ini sangat mendukung wisata heritage, selain memiliki bangunan kuno, ada sejumlah kriteria yang memang cocok," ujar Sutiaji.
Baca juga: Kampung Biru Arema, Destinasi Wisata Kekinian di Malang
Wisata heritage merupakan perjalanan yang dikemas dengan mengunjungi tempat yang dianggap mempunyai sejarah dan tradisi yang penting bagi daerah itu
Ia mengatakan Yogyakarta memiliki Maliboro dan Bandung memiliki Braga. Kota Malang akan memadukan keduanya dengan sentuhan-sentuhan khas Malang di sepanjang kawasan dengan bangunan yang berdiri sejak 1800-an itu.
Sutiaji mengatakan tahapan untuk menyulap Kayutangan menjadi kawasan wisata heritage dimulai tahun ini. Saat ini sudah dilakukan proses penyusunan desain detailnya (DED). "Mudah-mudahan segera tuntas agar kampung wisata heritage yang dipusatkan di Kayutangan ini bisa terwujud," ucap Sutiaji.
Kepala Seksi Pemasaran Dinas Pariwisata Kota Malang Agung H Buana mengemukakan DED kawasan heritage Kayutangan dikerjakan oleh Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).
Belum lama ini IAI juga berkonsultasi dengan Dinas terkait desain yang akan dimunculkan di kawasan tersebut, apa saja yang akan ditonjolkan dan apa saja yang dibenahi agar kawasan tersebut benar-benar bisa bernuansa kuno, termasuk sentuhan-sentuhan bangunan dan jalannya.
Nantinya, kata Agung, ada beberapa titik yang akan ditonjolkan bangunan heritagenya, yakni di depan kantor PLN Kota Malang, titik kedua di depan Rajabaly, dan titik terakhir di depan kantor Telkom Kota Malang atau monumen patung Chairil Anwar.
Untuk mendukung kawasan wisata heritage Kayutangan tersebut, juga akan dilakukan pelebaran trotoar sekitar 4 meter dari sisi kiri ke kanan yang nantinya berfungsi sebagai pedestrian. "Target penyelesaian DED ini sekitar dua bulan ke depan dan pada akhir tahun ini kawasan heritage Kayutangan sudah terwujud," ucapnya.
Selain bangunan-bangunan kuno yang masih tetap terjaga, di kawasan Kayutangan tersebut, masysrakat juga masih bisa menikmati rumah-rumah dengan arsitektur kuno, sehingga Kayutangan layak menjadi kawasan wisata heritage sekaligus sejarah.
Beberapa kriteria yang mendukung kawasan Kayutangan layak menjadi kawasan heritage, selain bangunan dan rumah kuno, Kayutangan juga masih memiliki pasar "krempyeng" yang beroperasi di tengah-tengah kampung. Selain itu, juga ada sungai yang membelah Kampung Kayutangan.
Arkeolog Universitas Negeri Malang Dwi Cahyono mengemukakan Kampung Kayutangan merupakan kampung kuno yang dibuktikan dari sebuah prasasti ukir negara yang ada di masa Kerajaan Kediri akhir.
Dalam prasasti itu disebutkan sejumlah desa-desa di Daerah Aliran Sungai (Das) Brantas atau tanah yang diapit. Salah satunya adalah Kampung Kayutangan ini.
Artikel lain: Menikmati Suasana Seram di Kampung Wisata Makam, Kota Malang
Dwi Cahyono menjelaskan Kayutangan dulunya merupakan hutan. Lalu pepohonan ini dibuka menjadi jalan setapak dari arah utara ke selatan. Pada awal 1800-an, jalan setapak itu diperbesar setelah pasukan Belanda memasuki Kota Malang, selanjutnya Belanda membuka kampung atau tempat tinggal di sepanjang kawasan Kayutangan.
TEMPO.CO, Malang - Kota Malang akan segera memiliki tujuan wisata heritage yang berbeda dengan daerah lain. Wisata ini memadukan kawasan Malioboro di Yogyakarta dan Braga di Bandung. Letaknya, kata Wali Kota Malang Sutiaji di Malang, pada Selasa, 2 April, di Kampung Kayutangan yaitu disepanjang Jalan Basuki Rahmad.
"Kawasan ini sangat mendukung wisata heritage, selain memiliki bangunan kuno, ada sejumlah kriteria yang memang cocok," ujar Sutiaji.
Baca juga: Kampung Biru Arema, Destinasi Wisata Kekinian di Malang
Wisata heritage merupakan perjalanan yang dikemas dengan mengunjungi tempat yang dianggap mempunyai sejarah dan tradisi yang penting bagi daerah itu
Ia mengatakan Yogyakarta memiliki Maliboro dan Bandung memiliki Braga. Kota Malang akan memadukan keduanya dengan sentuhan-sentuhan khas Malang di sepanjang kawasan dengan bangunan yang berdiri sejak 1800-an itu.
Sutiaji mengatakan tahapan untuk menyulap Kayutangan menjadi kawasan wisata heritage dimulai tahun ini. Saat ini sudah dilakukan proses penyusunan desain detailnya (DED). "Mudah-mudahan segera tuntas agar kampung wisata heritage yang dipusatkan di Kayutangan ini bisa terwujud," ucap Sutiaji.
Kepala Seksi Pemasaran Dinas Pariwisata Kota Malang Agung H Buana mengemukakan DED kawasan heritage Kayutangan dikerjakan oleh Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).
Belum lama ini IAI juga berkonsultasi dengan Dinas terkait desain yang akan dimunculkan di kawasan tersebut, apa saja yang akan ditonjolkan dan apa saja yang dibenahi agar kawasan tersebut benar-benar bisa bernuansa kuno, termasuk sentuhan-sentuhan bangunan dan jalannya.
Nantinya, kata Agung, ada beberapa titik yang akan ditonjolkan bangunan heritagenya, yakni di depan kantor PLN Kota Malang, titik kedua di depan Rajabaly, dan titik terakhir di depan kantor Telkom Kota Malang atau monumen patung Chairil Anwar.
Untuk mendukung kawasan wisata heritage Kayutangan tersebut, juga akan dilakukan pelebaran trotoar sekitar 4 meter dari sisi kiri ke kanan yang nantinya berfungsi sebagai pedestrian. "Target penyelesaian DED ini sekitar dua bulan ke depan dan pada akhir tahun ini kawasan heritage Kayutangan sudah terwujud," ucapnya.
Selain bangunan-bangunan kuno yang masih tetap terjaga, di kawasan Kayutangan tersebut, masysrakat juga masih bisa menikmati rumah-rumah dengan arsitektur kuno, sehingga Kayutangan layak menjadi kawasan wisata heritage sekaligus sejarah.
Beberapa kriteria yang mendukung kawasan Kayutangan layak menjadi kawasan heritage, selain bangunan dan rumah kuno, Kayutangan juga masih memiliki pasar "krempyeng" yang beroperasi di tengah-tengah kampung. Selain itu, juga ada sungai yang membelah Kampung Kayutangan.
Arkeolog Universitas Negeri Malang Dwi Cahyono mengemukakan Kampung Kayutangan merupakan kampung kuno yang dibuktikan dari sebuah prasasti ukir negara yang ada di masa Kerajaan Kediri akhir.
Dalam prasasti itu disebutkan sejumlah desa-desa di Daerah Aliran Sungai (Das) Brantas atau tanah yang diapit. Salah satunya adalah Kampung Kayutangan ini.
Artikel lain: Menikmati Suasana Seram di Kampung Wisata Makam, Kota Malang
Dwi Cahyono menjelaskan Kayutangan dulunya merupakan hutan. Lalu pepohonan ini dibuka menjadi jalan setapak dari arah utara ke selatan. Pada awal 1800-an, jalan setapak itu diperbesar setelah pasukan Belanda memasuki Kota Malang, selanjutnya Belanda membuka kampung atau tempat tinggal di sepanjang kawasan Kayutangan.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Padukan Malioboro dan Braga, Kota Malang Bangun Wisata Heritage - Tempo.co"
Post a Comment