REPUBLIKA.CO.ID, MALANG — Program revitalisasi tiga pasar tradisional di Kota Malang yang dikerjakan pada tahun ini membutuhkan dana sekitar Rp10,6 miliar. Revitalisasi dari dua sumber pembiayaan berbeda, yakni APBD Kota Malang dan APBN 2018.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Malang Wahyu Setianto mengatakan tiga pasar tradisional yang bakal direvitalisasi pada tahun ini adalah Pasar Gadang Lama, Pasar Klojen, dan Pasar Bunulrejo. "Ada dua sumber pembiayaan untuk merevitalisasi ketiga pasar ini, yakni APBD Kota Malang dan APBN 2018," kata Wahyu di Malang, Jawa Timur, Ahad (4/3).
Ia menerangkan revitalisasi Pasar Gadang Lama mengguankan dana APBD Kota Malang 2018, sedangkan dua pasar lainnya memakai APBN 2018. Untuk Pasar Gadang Lama, biaya yang dibutuhkan Rp 2,1 miliar, Pasar Klojen Rp 3,5 miliar, dan Pasar Bunulrejo Rp 6 miliar, sehingga kebutuhan anggaran secara keseluruhan mencapai Rp 10,6 miliar.
Menurut Wahyu, penganggaran untuk Pasar Gadang Lama tersebut untuk meneruskan renovasi tahun lalu dengan anggaran dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp 1,4 miliar. Anggaran Rp 1,4 miliar itu hanya untuk membenahi atap pasar dan tahun ini dilanjutkan (penyelesaian), yakni pembangunan lapak pedagang dan pemasangan keramik dengan harapan bisa menjadi pasar sehat.
Progres pembangunan (revitalisasi) Pasar Gadang Lama saat ini, katanya, masih menunggu lelang. Setelah lelang, akan dilakukan pembangunan lapak bagi 180 orang pedagang dan pemasangan keramik yang diperkirakan membutuhkan waktu mpat bulan.
Sementara itu, untuk revitalisasi Pasar Klojen menggunakan anggaran DAK APBN 2018 sebesar Rp3,5 miliar. Dan, Pasar Bunulrejo dibangun kembali menggunakan dana Tugas Pembantuan (TB) yang melekat di Kementerian Perdagangan. Pasar Bunul dan Pasar Klojen memakai dana yang melekat di Kemendag. Hanya saja, satu pos memakai DAK, dan satunya memakai anggaran Tugas Pembantuan.
Ia mengakui anggaran Pasar Bunul lebih besar karena pasar itu lebih besar daripada Pasar Klojen. Pasar Bunul menampung sekitar 240-an pedagang. Untuk memperlancar proses revitalisasi kedua pasar tradisional itu, Dinas Perdagangan melakukan sosialisasi secara intensif kepada pdagang yang menempati dua pasar tersebut.
Selama pasar dalam proses pembangunan kembali (revitalisasi), Pemkot Malang juga menyediakan pasar penampungan untuk pedagang. "Harapan kami, seluruh pasar tradisional (pasar rakyat) di daerah ini secara bertahap bisa 'naik kelas' menjadi pasar yang berkategori sehat seperti Pasar Oro-Oro Dowo," ujarnya.
Pasar Oro-Oro Dowo sebagai pasar sehat yang nyaman dilengkapi ruang menyusui (laktasi), konsumen yang berbelanja disediakan troli layaknya di pasar modern (swalayan), serta pengaturan pedagang tidak seperti pasar tardisional, melainkan pasar modern.
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG — Program revitalisasi tiga pasar tradisional di Kota Malang yang dikerjakan pada tahun ini membutuhkan dana sekitar Rp10,6 miliar. Revitalisasi dari dua sumber pembiayaan berbeda, yakni APBD Kota Malang dan APBN 2018.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Malang Wahyu Setianto mengatakan tiga pasar tradisional yang bakal direvitalisasi pada tahun ini adalah Pasar Gadang Lama, Pasar Klojen, dan Pasar Bunulrejo. "Ada dua sumber pembiayaan untuk merevitalisasi ketiga pasar ini, yakni APBD Kota Malang dan APBN 2018," kata Wahyu di Malang, Jawa Timur, Ahad (4/3).
Ia menerangkan revitalisasi Pasar Gadang Lama mengguankan dana APBD Kota Malang 2018, sedangkan dua pasar lainnya memakai APBN 2018. Untuk Pasar Gadang Lama, biaya yang dibutuhkan Rp 2,1 miliar, Pasar Klojen Rp 3,5 miliar, dan Pasar Bunulrejo Rp 6 miliar, sehingga kebutuhan anggaran secara keseluruhan mencapai Rp 10,6 miliar.
Menurut Wahyu, penganggaran untuk Pasar Gadang Lama tersebut untuk meneruskan renovasi tahun lalu dengan anggaran dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp 1,4 miliar. Anggaran Rp 1,4 miliar itu hanya untuk membenahi atap pasar dan tahun ini dilanjutkan (penyelesaian), yakni pembangunan lapak pedagang dan pemasangan keramik dengan harapan bisa menjadi pasar sehat.
Progres pembangunan (revitalisasi) Pasar Gadang Lama saat ini, katanya, masih menunggu lelang. Setelah lelang, akan dilakukan pembangunan lapak bagi 180 orang pedagang dan pemasangan keramik yang diperkirakan membutuhkan waktu mpat bulan.
Sementara itu, untuk revitalisasi Pasar Klojen menggunakan anggaran DAK APBN 2018 sebesar Rp3,5 miliar. Dan, Pasar Bunulrejo dibangun kembali menggunakan dana Tugas Pembantuan (TB) yang melekat di Kementerian Perdagangan. Pasar Bunul dan Pasar Klojen memakai dana yang melekat di Kemendag. Hanya saja, satu pos memakai DAK, dan satunya memakai anggaran Tugas Pembantuan.
Ia mengakui anggaran Pasar Bunul lebih besar karena pasar itu lebih besar daripada Pasar Klojen. Pasar Bunul menampung sekitar 240-an pedagang. Untuk memperlancar proses revitalisasi kedua pasar tradisional itu, Dinas Perdagangan melakukan sosialisasi secara intensif kepada pdagang yang menempati dua pasar tersebut.
Selama pasar dalam proses pembangunan kembali (revitalisasi), Pemkot Malang juga menyediakan pasar penampungan untuk pedagang. "Harapan kami, seluruh pasar tradisional (pasar rakyat) di daerah ini secara bertahap bisa 'naik kelas' menjadi pasar yang berkategori sehat seperti Pasar Oro-Oro Dowo," ujarnya.
Pasar Oro-Oro Dowo sebagai pasar sehat yang nyaman dilengkapi ruang menyusui (laktasi), konsumen yang berbelanja disediakan troli layaknya di pasar modern (swalayan), serta pengaturan pedagang tidak seperti pasar tardisional, melainkan pasar modern.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Revitaliasi Pasar Tradisional Malang Butuh Rp 10,6 Miliar"
Post a Comment