KOTA BATU – Pencarian tiga atlet paralayang asal Malang Raya kemarin (2/10) membuahkan hasil. Salah seorang atlet bernama Ardi Kurniawan berhasil ditemukan dan diidentifikasi oleh Badan SAR Nasional (Basarnas). Ardi ditemukan sekitar pukul 09.04 WITA di dalam reruntuhan Hotel Roa-Roa, Palu.
Sedangkan dua atlet lain asal Malang, yakni Reza Kambey (atlet Kota Malang) dan Serda Fahmi (atlet TNI-AU Abdulrachman Saleh), hingga tadi malam belum berhasil ditemukan. Untuk diketahui, sebagaimana Ardi, kedua atlet itu juga menginap di Hotel Roa-Roa.
Ardi Kurniawan diketahui identitasnya dari celana pendek berwarna hijau yang bertuliskan KONI Jawa Timur yang dia kenakan. Sebelumnya, pada Senin (1/10), Basarnas sudah menemukan dua jenazah anggota tim paralayang. Kedua atlet tersebut adalah Gleen Mononutu, 20, warga Kelurahan Winangun, Kecamatan Malalayang, Manado; dan Petra Mandagi, 35, warga Desa Kalasey, Kecamatan Mandolang, Minahasa.
Dari keterangan yang berhasil dihimpun wartawan koran ini menjelaskan jika anggota Basarnas berhasil mengangkat jenazah Ardi dari reruntuhan Hotel Roa-Roa. Dalam pencariannya, Basarnas tidak hanya mengerahkan dua ekskavator, tapi juga sebuah crane. Kemudian, jenazahnya dibawa ke RS Bhayangkara untuk diidentifikasi dan diotopsi.
Tak pelak, kabar duka dari Palu tersebut membuat suasana rumah Ardi di daerah Songgokerto, Kecamatan Batu, berduka. Bahkan, kemarin, terop sudah terpasang di rumah tersebut. Sejumlah tamu juga mulai berdatangan di rumah bercat kuning itu.
Ketua Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Kota Batu dr Benny Marcel Pandango membenarkan kalau jenazah Ardi sudah ditemukan. ”Almarhum itu atlet paralayang kebanggaan kami semua. Banyak prestasi yang almarhum telah torehkan, baik untuk Kota Batu, Jawa Timur, bahkan Indonesia. Kami benar-benar merasa kehilangan,” kata Benny dengan penuh haru.
Ya, Ardi memang atlet andalan Malang Raya dan Indonesia. Sejumlah juara di tingkat nasional dan internasional sudah pernah dia raih. Bahkan, dia pernah membela Timnas Indonesia dalam kejuaraan dunia Paragliding Accuracy World Cup (PGAWC) 2018 di Batu pada Juli lalu. ”Terus terang saya begitu bersedih karena beliau adalah guru saya yang mengajari saya terbang pada 2006 silam,” imbuhnya.
Sementara itu, Fitria, 30, istri Ardi menjelaskan, Jumat lalu (28/9) sekitar pukul 15.00 WIB, sang suami sempat meneleponnya. Saat itu, Ardi memberitahu istrinya bahwa di Palu sedang terjadi gempa dan dia berusaha menyelamatkan diri. ”Dek di sini ada gempa,” ucapnya menirukan ucapan suaminya. Setelah mendapatkan kabar itu, Fitria menyuruh suaminya lari, lantas suaminya menjawab. ”Iya ini sudah lari,” imbuh Fitria. Setelah memberitahukan keadaannya, Ardi langsung hilang kontak dan tidak memberikan kabar lagi. Dan ternyata itu menjadi komunikasi terakhir antara Ardi dan keluarganya.
Sedangkan Asminah, ibu dari Ardi, mengaku sudah lemas saat tahu kalau di Palu terjadi gempa. ”Tahu ada gempa langsung lemas. Kepikiran apa anak saya lari. Lihat temannya sudah datang, anak saya belum,” ucapnya dengan nada lirih. Ya, beberapa teman Ardi yang juga berasal dari Malang memang sudah ditemukan dalam kondisi selamat. Mereka tiba di Malang dua hari yang lalu.
Menurut penuturan Asminah, Fitria, ibu dua anak itu sempat seperti orang linglung dan susah untuk diajak bicara. ”Istrinya shock. Susah diajak ngomong kayak orang linglung,” terangnya.
Begitu pula dengan ayah Ardi. Bahkan, ayahnya hingga saat ini hanya berdiam diri di dalam kamar dan tidak mau menemui siapa pun. ”Ardi memang dekat sama ayahnya. Kalau pergi pasti cium tangan. Ini sampai sekarang ayahnya hanya di kamar, tidak mau keluar,” lanjut Asminah.
Asminah menyatakan, anaknya tersebut sudah berada di Palu sejak Senin (24/9). Dia juga menyatakan jika kedua anak Ardi sempat dirawat di rumah sakit setelah ditinggal Ardi ke Palu. ”Dua-duanya sakit, kena muntaber. Awalnya hanya adiknya yang sakit, kemudian kakaknya juga,” pungkasnya.
Pewarta: Moh. badar risqullah
Copy Editor: Dwi Lindawati
Penyunting: Irham Thoriq
KOTA BATU – Pencarian tiga atlet paralayang asal Malang Raya kemarin (2/10) membuahkan hasil. Salah seorang atlet bernama Ardi Kurniawan berhasil ditemukan dan diidentifikasi oleh Badan SAR Nasional (Basarnas). Ardi ditemukan sekitar pukul 09.04 WITA di dalam reruntuhan Hotel Roa-Roa, Palu.
Sedangkan dua atlet lain asal Malang, yakni Reza Kambey (atlet Kota Malang) dan Serda Fahmi (atlet TNI-AU Abdulrachman Saleh), hingga tadi malam belum berhasil ditemukan. Untuk diketahui, sebagaimana Ardi, kedua atlet itu juga menginap di Hotel Roa-Roa.
Ardi Kurniawan diketahui identitasnya dari celana pendek berwarna hijau yang bertuliskan KONI Jawa Timur yang dia kenakan. Sebelumnya, pada Senin (1/10), Basarnas sudah menemukan dua jenazah anggota tim paralayang. Kedua atlet tersebut adalah Gleen Mononutu, 20, warga Kelurahan Winangun, Kecamatan Malalayang, Manado; dan Petra Mandagi, 35, warga Desa Kalasey, Kecamatan Mandolang, Minahasa.
Dari keterangan yang berhasil dihimpun wartawan koran ini menjelaskan jika anggota Basarnas berhasil mengangkat jenazah Ardi dari reruntuhan Hotel Roa-Roa. Dalam pencariannya, Basarnas tidak hanya mengerahkan dua ekskavator, tapi juga sebuah crane. Kemudian, jenazahnya dibawa ke RS Bhayangkara untuk diidentifikasi dan diotopsi.
Tak pelak, kabar duka dari Palu tersebut membuat suasana rumah Ardi di daerah Songgokerto, Kecamatan Batu, berduka. Bahkan, kemarin, terop sudah terpasang di rumah tersebut. Sejumlah tamu juga mulai berdatangan di rumah bercat kuning itu.
Ketua Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Kota Batu dr Benny Marcel Pandango membenarkan kalau jenazah Ardi sudah ditemukan. ”Almarhum itu atlet paralayang kebanggaan kami semua. Banyak prestasi yang almarhum telah torehkan, baik untuk Kota Batu, Jawa Timur, bahkan Indonesia. Kami benar-benar merasa kehilangan,” kata Benny dengan penuh haru.
Ya, Ardi memang atlet andalan Malang Raya dan Indonesia. Sejumlah juara di tingkat nasional dan internasional sudah pernah dia raih. Bahkan, dia pernah membela Timnas Indonesia dalam kejuaraan dunia Paragliding Accuracy World Cup (PGAWC) 2018 di Batu pada Juli lalu. ”Terus terang saya begitu bersedih karena beliau adalah guru saya yang mengajari saya terbang pada 2006 silam,” imbuhnya.
Sementara itu, Fitria, 30, istri Ardi menjelaskan, Jumat lalu (28/9) sekitar pukul 15.00 WIB, sang suami sempat meneleponnya. Saat itu, Ardi memberitahu istrinya bahwa di Palu sedang terjadi gempa dan dia berusaha menyelamatkan diri. ”Dek di sini ada gempa,” ucapnya menirukan ucapan suaminya. Setelah mendapatkan kabar itu, Fitria menyuruh suaminya lari, lantas suaminya menjawab. ”Iya ini sudah lari,” imbuh Fitria. Setelah memberitahukan keadaannya, Ardi langsung hilang kontak dan tidak memberikan kabar lagi. Dan ternyata itu menjadi komunikasi terakhir antara Ardi dan keluarganya.
Sedangkan Asminah, ibu dari Ardi, mengaku sudah lemas saat tahu kalau di Palu terjadi gempa. ”Tahu ada gempa langsung lemas. Kepikiran apa anak saya lari. Lihat temannya sudah datang, anak saya belum,” ucapnya dengan nada lirih. Ya, beberapa teman Ardi yang juga berasal dari Malang memang sudah ditemukan dalam kondisi selamat. Mereka tiba di Malang dua hari yang lalu.
Menurut penuturan Asminah, Fitria, ibu dua anak itu sempat seperti orang linglung dan susah untuk diajak bicara. ”Istrinya shock. Susah diajak ngomong kayak orang linglung,” terangnya.
Begitu pula dengan ayah Ardi. Bahkan, ayahnya hingga saat ini hanya berdiam diri di dalam kamar dan tidak mau menemui siapa pun. ”Ardi memang dekat sama ayahnya. Kalau pergi pasti cium tangan. Ini sampai sekarang ayahnya hanya di kamar, tidak mau keluar,” lanjut Asminah.
Asminah menyatakan, anaknya tersebut sudah berada di Palu sejak Senin (24/9). Dia juga menyatakan jika kedua anak Ardi sempat dirawat di rumah sakit setelah ditinggal Ardi ke Palu. ”Dua-duanya sakit, kena muntaber. Awalnya hanya adiknya yang sakit, kemudian kakaknya juga,” pungkasnya.
Pewarta: Moh. badar risqullah
Copy Editor: Dwi Lindawati
Penyunting: Irham Thoriq
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Atlet Kebanggaan Malang Raya Itu Meninggal di Palu"
Post a Comment