JAKARTA, KOMPAS.com - Malam hari di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Malang, Jawa Timur cahaya tampak remang. Namun di keremangan itu ada puluhan orang yang mengelilingi meja besar.
Di belakang meja, Siswoyo berdiri. Ia adalah generasi ke dua penerus usaha Puthu Lanang. Bersama tiga orang pekerja Siswoyo gesit membuat dan membungkus pesanan pembeli.
"Ini usahanya dari ibu saya buka 1935, dari zaman saya sekolah sudah bantu ibu jadi sudah biasa," kata Siswoyo.
Melihatnya bergerak melayani pesanan tamu membuat tercengang. Siswoyo gesit membungkus kue putu, cenil, klepon, dan lupis menaburi dengan parutan kelapa dan menyiram gula merah.
Masalahnya Siswoyo tidak hanya membungkus pesanan, ia juga menerima daftar pesanan dari tamu yang baru datang dan menerima uang dari tamu yang pesenannya telah selesai.
Saya sempat berpikir, kalau saya di posisi Siswoyo, dikerubungi sekitar 50 tamu seperti itu pasti keder.
"Hahaha, memang kalau bukan saya yang jaga agak berkurang kecepatannya. Saya memang sudah biasa dari kecil dulu," kata Siswoyo.
Saat sudah agak lenggang, Siswoyo bercerita dari banyak saudara, ibunya meneruskan usaha Puthu Lanang ke dirinya. Ibu Siswoyo berkata bahwa Siswoyo punya bakat jualan.
Dirinya galau, lantaran saat itu masih muda dan sudah mengenyam pendidikan tinggi. Namun akhirnya tahun 1985, Siswoyo memutuskan untuk meneruskan usaha berjualan kue ibunya.
Siswoyo akhirnya bukan cuma meneruskan tetapi juga mengembangkan usaha ibunya. Jangan kaget kalau melihat mobil SUV sport kelas atas di sebelah lapak Siswoyo. Ada stiker Puthu Lanang tertempel di bagian kacanya.
"Saya kalau malam jualan di sini, tetapi kalau pagi menyiapkan pesanan kue untuk katering, restoran, dan hotel," jelas Siswoyo.
Ia menjual campuran kue putu, klepon, cenil, dan lupis dalam ukuran tampah. Pesanan mulai dari harga Rp 150.000 - Rp 500.000 per tampah.
Kadang Siswoto mengaku sampai kewalahan tidak sanggup lagi menerima pesanan. Seperti malam saya datang, Siswoyo sulit berjanji kepada seorang ibu yang memesan kue tampah. Hari pesanan ibu itu bertepatan dengan banyaknya pesanan kue.
Rahasia Eksis Puthu Lanang
Kalau Puthu Lanang bertahan dari 1935 sampai sekarang bukan tanpa alasan. Legenda kuliner malam dari Malang ini punya rasa yang memang jempolan.
Kue putu di sini jika dikunyah pulen, tidak buyar seperti kue putu yang dijual di kebanyakan tempat. Parutan kelapa yang dipakai segar dan bersih. Juga gula merahnya asli tanpa campuran, tidak encer, kental legit.
"Ibu saya pesan, kalau jualan jangan takut beli. Artinya kalau jualan, harus beli barang-barang dengan kualitas terbaik walau harga sedang naik juga tidak apa-apa. Apa yang kita jual juga bisa dimakan oleh anak-anak kita (karena bahan yang bagus)," jelas Siswoyo.
Harga seporsi kue campur isi sembilan dihargai Rp 10.000 di Puthu Lanang.
Lapak Puthu Lanang buka pukul 17.30 -21.30 WIB. Namun kata Siswoyo terkadang tutupnya tak tentu, pukul 20.30 WIB kadang jualannya sudah ludes.
Saran KompasTravel, datanglah awal saat lapak baru dibuka. Jangan lewatkan legenda kuliner malam yang telah buka dari 1935 ini.
Tonton episode Mamam Yuk! edisi Kuliner Legendaris Malang. Salah satunya Puthu Lanang yang legendaris berikut ini:
JAKARTA, KOMPAS.com - Malam hari di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Malang, Jawa Timur cahaya tampak remang. Namun di keremangan itu ada puluhan orang yang mengelilingi meja besar.
Di belakang meja, Siswoyo berdiri. Ia adalah generasi ke dua penerus usaha Puthu Lanang. Bersama tiga orang pekerja Siswoyo gesit membuat dan membungkus pesanan pembeli.
"Ini usahanya dari ibu saya buka 1935, dari zaman saya sekolah sudah bantu ibu jadi sudah biasa," kata Siswoyo.
Melihatnya bergerak melayani pesanan tamu membuat tercengang. Siswoyo gesit membungkus kue putu, cenil, klepon, dan lupis menaburi dengan parutan kelapa dan menyiram gula merah.
Masalahnya Siswoyo tidak hanya membungkus pesanan, ia juga menerima daftar pesanan dari tamu yang baru datang dan menerima uang dari tamu yang pesenannya telah selesai.
Saya sempat berpikir, kalau saya di posisi Siswoyo, dikerubungi sekitar 50 tamu seperti itu pasti keder.
"Hahaha, memang kalau bukan saya yang jaga agak berkurang kecepatannya. Saya memang sudah biasa dari kecil dulu," kata Siswoyo.
Saat sudah agak lenggang, Siswoyo bercerita dari banyak saudara, ibunya meneruskan usaha Puthu Lanang ke dirinya. Ibu Siswoyo berkata bahwa Siswoyo punya bakat jualan.
Dirinya galau, lantaran saat itu masih muda dan sudah mengenyam pendidikan tinggi. Namun akhirnya tahun 1985, Siswoyo memutuskan untuk meneruskan usaha berjualan kue ibunya.
Siswoyo akhirnya bukan cuma meneruskan tetapi juga mengembangkan usaha ibunya. Jangan kaget kalau melihat mobil SUV sport kelas atas di sebelah lapak Siswoyo. Ada stiker Puthu Lanang tertempel di bagian kacanya.
"Saya kalau malam jualan di sini, tetapi kalau pagi menyiapkan pesanan kue untuk katering, restoran, dan hotel," jelas Siswoyo.
Ia menjual campuran kue putu, klepon, cenil, dan lupis dalam ukuran tampah. Pesanan mulai dari harga Rp 150.000 - Rp 500.000 per tampah.
Kadang Siswoto mengaku sampai kewalahan tidak sanggup lagi menerima pesanan. Seperti malam saya datang, Siswoyo sulit berjanji kepada seorang ibu yang memesan kue tampah. Hari pesanan ibu itu bertepatan dengan banyaknya pesanan kue.
Rahasia Eksis Puthu Lanang
Kalau Puthu Lanang bertahan dari 1935 sampai sekarang bukan tanpa alasan. Legenda kuliner malam dari Malang ini punya rasa yang memang jempolan.
Kue putu di sini jika dikunyah pulen, tidak buyar seperti kue putu yang dijual di kebanyakan tempat. Parutan kelapa yang dipakai segar dan bersih. Juga gula merahnya asli tanpa campuran, tidak encer, kental legit.
"Ibu saya pesan, kalau jualan jangan takut beli. Artinya kalau jualan, harus beli barang-barang dengan kualitas terbaik walau harga sedang naik juga tidak apa-apa. Apa yang kita jual juga bisa dimakan oleh anak-anak kita (karena bahan yang bagus)," jelas Siswoyo.
Harga seporsi kue campur isi sembilan dihargai Rp 10.000 di Puthu Lanang.
Lapak Puthu Lanang buka pukul 17.30 -21.30 WIB. Namun kata Siswoyo terkadang tutupnya tak tentu, pukul 20.30 WIB kadang jualannya sudah ludes.
Saran KompasTravel, datanglah awal saat lapak baru dibuka. Jangan lewatkan legenda kuliner malam yang telah buka dari 1935 ini.
Tonton episode Mamam Yuk! edisi Kuliner Legendaris Malang. Salah satunya Puthu Lanang yang legendaris berikut ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Puthu Lanang, Kuliner Malam Malang Sejak Tahun 1935"
Post a Comment