MALANG, KOMPAS.com - Pemilihan kepala desa di Desa Karangpandan, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang menjadi sorotan. Sebab, dua kandidat calon kepala desa yang bersaing memiliki nama yang sama, yakni Djumain.
Bedanya, calon kepala desa nomor 1 memiliki gelar Sarjana Ekonomi (SE) yang disematkan di akhir nama. Sedangkan calon kepala desa nomor urut 2 hanya Djumain tanpa gelar akademis.
Secara perawakan, kedua calon kepala desa itu juga memiliki kemiripan. Keduanya memiliki kumis yang tebal.
Usia calon kepala desa yang akan bertarung itu juga sama. Keduanya lahir di bulan dan tahun yang sama. Hanya berbeda di tanggal lahir. Calon nomor urut 1 Djumain, SE lahir pada 14 Desember 1957. Sedangkan calon nomor urut 2 Djumain lahir pada 20 Desember 1957.
Supaya pemilih tidak kesulitan dalam membedakan kedua kandidat itu, panitia pilkades menyepakati masing - masing dari keduanya memakai pakaian yang berbeda untuk surat suara.
Baca juga: Taruhan Pilkades, 3 Kakek Ditangkap Polisi di Magelang
Djumain, SE yang merupakan calon kepala desa nomor 1 memakai pakaian resmi, berjas hitam dengan kopiah hitam. Sementara, Djumain nomor urut 2 memakai blangkon dan baju adat.
"Supaya ada perbedaan bagi pemilih. Karena sekilas kalau saya lihat wajahnya hampir sama pakai kumis. Namanya sama. Bahkan, kelahiran tahunnya sama 1957. Cuma beda tanggalnya mungkin," kata Djumain nomor urut 2, Selasa (30/10/2018).
Sebenarnya, ada tiga calon kepala desa yang awalnya mendaftar. Namun, saat penetapan dan pengambilan nomor urut, hanya tersisa dua orang, yakni calon kepala desa yang sama - sama bernama Djumain.
"Awal pendaftaran ada tiga. Panitia kan sudah mengundang pada tiga bakal calon untuk pengambilan nomor. Akhirnya yang satu mencabut," katanya.
Akan ada 4.219 pemilih yang akan menggunakan hak pilihnya di desa itu pada pilkades serentak pada 11 Nopember 2018 nanti.
Djumain mengatakan, pemilih tidak hanya melihat dari nama dan wajah. Melainkan pemilih akan melihat track record masing - masing calon dalam menentukan pilihan.
"Dilihat kepribadiannya, karakter atau sikap-sikapnya. Pilkades itu tidak hanya melihat wajah dan bentuk rupanya tapi latar belakang dan banyak sekali kalau pilkades," katanya.
Sementara itu, Djumain SE, nomor urut 1 mengatakan, dirinya dan kandidat satunya sudah banyak dikenal oleh masyarakat sehingga masyarakat tidak akan salah pilih.
"Jadi jelas masyarakat tidak asing lagi. Kecuali masyarakat pendatang baru. Saya juga sering melaksanakan kegiatan kemasyarakatan, tahlil di masing - masing lingkungan," katanya.
Kedua kandidat itu dipastikan akan bersaing ketat. Selain memiliki kesamaan nama dan tahun lahir, kedua kandidat juga memiliki track record yang bisa diandalkan.
Djumain SE nomor urut 1 merupakan pensiunan pegawai Perum Jasa Tirta yang kini menjadi pedagang sapi dan Ketua RW 04 sejak tahun 2007.
Sedangkan Djumain nomor urut 2 merupakan mantan kepala desa dua periode. Sejak tahun 2002 hingga 2012, yang kini kembali mencalonkan diri.
Dendam Akibat Pilkades, 2 Warga Berkelahi Hingga Tewas
MALANG, KOMPAS.com - Pemilihan kepala desa di Desa Karangpandan, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang menjadi sorotan. Sebab, dua kandidat calon kepala desa yang bersaing memiliki nama yang sama, yakni Djumain.
Bedanya, calon kepala desa nomor 1 memiliki gelar Sarjana Ekonomi (SE) yang disematkan di akhir nama. Sedangkan calon kepala desa nomor urut 2 hanya Djumain tanpa gelar akademis.
Secara perawakan, kedua calon kepala desa itu juga memiliki kemiripan. Keduanya memiliki kumis yang tebal.
Usia calon kepala desa yang akan bertarung itu juga sama. Keduanya lahir di bulan dan tahun yang sama. Hanya berbeda di tanggal lahir. Calon nomor urut 1 Djumain, SE lahir pada 14 Desember 1957. Sedangkan calon nomor urut 2 Djumain lahir pada 20 Desember 1957.
Supaya pemilih tidak kesulitan dalam membedakan kedua kandidat itu, panitia pilkades menyepakati masing - masing dari keduanya memakai pakaian yang berbeda untuk surat suara.
Baca juga: Taruhan Pilkades, 3 Kakek Ditangkap Polisi di Magelang
Djumain, SE yang merupakan calon kepala desa nomor 1 memakai pakaian resmi, berjas hitam dengan kopiah hitam. Sementara, Djumain nomor urut 2 memakai blangkon dan baju adat.
"Supaya ada perbedaan bagi pemilih. Karena sekilas kalau saya lihat wajahnya hampir sama pakai kumis. Namanya sama. Bahkan, kelahiran tahunnya sama 1957. Cuma beda tanggalnya mungkin," kata Djumain nomor urut 2, Selasa (30/10/2018).
Sebenarnya, ada tiga calon kepala desa yang awalnya mendaftar. Namun, saat penetapan dan pengambilan nomor urut, hanya tersisa dua orang, yakni calon kepala desa yang sama - sama bernama Djumain.
"Awal pendaftaran ada tiga. Panitia kan sudah mengundang pada tiga bakal calon untuk pengambilan nomor. Akhirnya yang satu mencabut," katanya.
Akan ada 4.219 pemilih yang akan menggunakan hak pilihnya di desa itu pada pilkades serentak pada 11 Nopember 2018 nanti.
Djumain mengatakan, pemilih tidak hanya melihat dari nama dan wajah. Melainkan pemilih akan melihat track record masing - masing calon dalam menentukan pilihan.
"Dilihat kepribadiannya, karakter atau sikap-sikapnya. Pilkades itu tidak hanya melihat wajah dan bentuk rupanya tapi latar belakang dan banyak sekali kalau pilkades," katanya.
Sementara itu, Djumain SE, nomor urut 1 mengatakan, dirinya dan kandidat satunya sudah banyak dikenal oleh masyarakat sehingga masyarakat tidak akan salah pilih.
"Jadi jelas masyarakat tidak asing lagi. Kecuali masyarakat pendatang baru. Saya juga sering melaksanakan kegiatan kemasyarakatan, tahlil di masing - masing lingkungan," katanya.
Kedua kandidat itu dipastikan akan bersaing ketat. Selain memiliki kesamaan nama dan tahun lahir, kedua kandidat juga memiliki track record yang bisa diandalkan.
Djumain SE nomor urut 1 merupakan pensiunan pegawai Perum Jasa Tirta yang kini menjadi pedagang sapi dan Ketua RW 04 sejak tahun 2007.
Sedangkan Djumain nomor urut 2 merupakan mantan kepala desa dua periode. Sejak tahun 2002 hingga 2012, yang kini kembali mencalonkan diri.
Dendam Akibat Pilkades, 2 Warga Berkelahi Hingga Tewas
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Unik, Dua Djumain Bersaing pada Pilkades di Malang"
Post a Comment