Sekretaris Panitia Pilkades Karangpandan Kun Pancaya menceritakan, jika jauh sebelum tahapan awal Pilkades dimulai, berkembang isu jika akan ada enam calon yang bakal mendaftar. Tetapi nama-nama yang dikabarkan itu ternyata berkurang menjadi tiga orang, yaitu Djumain asal Dusun Kedungmonggo, Djumain mantan kepala desa, dan Mujiono.
"Ketika awal isu yang berkembang enam nama bakal maju, sampai tahapan penetapan, hanya tiga orang yaitu Djumain mantan kepala desa dua periode, Djumain yang kini urut 1 dan Mujiono," terang Kun saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (27/10/2018).
Menurut Kun, inilah yang membedakan masyarakat Desa Karangpandan dengan desa-desa lain di Kabupaten Malang. Bahkan ia menyebut Karangpandan sebagai miniaturnya Indonesia dengan keberagaman masyarakatnya.
"Tak lupa saya ingin bicara kultur dahulu, karena di sini (Karangpandan) beda, bisa dikatakan miniatur Indonesia. Nasionalismenya sangat tinggi. Karena awalnya beredar isu ada enam calon, kami panitia sudah siap sibuk, kalau sesuai Perbup harus ada lima calon saja, akhirnya satu gugur," terangnya.
Namun ketika tersisa tinggal tiga orang, satu calon kembali mundur. "Ketiganya menyerahkan berkas. Pada saat penetapan bakal calon dilakukan 15 September, ternyata Pak Mujiono mengundurkan diri, meskipun datang pada proses itu. Alasannya, ingin suasana kondusif," lanjut Kun.
Memang tidak jadi soal jika nama kedua kandidat sama. Bahkan guyonan di tengah-tengah warga sempat terlontar ketika dua nama itu ditetapkan sebagai calon kepala desa.
"Yang menang mesti tetap Djumain, yang kalah juga Djumain," celutuknya meniru candaan yang beredar di tengah masyarakat tersebut.
Ditambahkan Kun, dua kontestan dengan nama sama ini dipandang memiliki kekuatan dukungan sama kuat. Djumain nomor urut 1 memiliki background pensiunan pegawai Perum Jasa Tirta yang kini menjadi pedagang sapi, sedangkan Djumain nomor urut 2 adalah petani yang dulunya pernah menjabat sebagai kepala desa selama dua periode.
Untuk itu pihaknya telah menyiapkan langkah khusus untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk dalam Pilkades kali ini.
"Makanya yang kita siapkan dalam tata pelaksanaan ketika terjadi draw atau suara sama. Maka yang akan dilakukan adalah menghitung sebaran surat suara pada tiga dusun yang ada, yakni Karangpandan, Bendo dan Kedungmonggo. Itu yang kita pikirkan, karena di Perbup tidak diatur pemilihan ulang," tutup Kun.
(lll/lll)
Sekretaris Panitia Pilkades Karangpandan Kun Pancaya menceritakan, jika jauh sebelum tahapan awal Pilkades dimulai, berkembang isu jika akan ada enam calon yang bakal mendaftar. Tetapi nama-nama yang dikabarkan itu ternyata berkurang menjadi tiga orang, yaitu Djumain asal Dusun Kedungmonggo, Djumain mantan kepala desa, dan Mujiono.
"Ketika awal isu yang berkembang enam nama bakal maju, sampai tahapan penetapan, hanya tiga orang yaitu Djumain mantan kepala desa dua periode, Djumain yang kini urut 1 dan Mujiono," terang Kun saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (27/10/2018).
Menurut Kun, inilah yang membedakan masyarakat Desa Karangpandan dengan desa-desa lain di Kabupaten Malang. Bahkan ia menyebut Karangpandan sebagai miniaturnya Indonesia dengan keberagaman masyarakatnya.
"Tak lupa saya ingin bicara kultur dahulu, karena di sini (Karangpandan) beda, bisa dikatakan miniatur Indonesia. Nasionalismenya sangat tinggi. Karena awalnya beredar isu ada enam calon, kami panitia sudah siap sibuk, kalau sesuai Perbup harus ada lima calon saja, akhirnya satu gugur," terangnya.
Namun ketika tersisa tinggal tiga orang, satu calon kembali mundur. "Ketiganya menyerahkan berkas. Pada saat penetapan bakal calon dilakukan 15 September, ternyata Pak Mujiono mengundurkan diri, meskipun datang pada proses itu. Alasannya, ingin suasana kondusif," lanjut Kun.
Memang tidak jadi soal jika nama kedua kandidat sama. Bahkan guyonan di tengah-tengah warga sempat terlontar ketika dua nama itu ditetapkan sebagai calon kepala desa.
"Yang menang mesti tetap Djumain, yang kalah juga Djumain," celutuknya meniru candaan yang beredar di tengah masyarakat tersebut.
Ditambahkan Kun, dua kontestan dengan nama sama ini dipandang memiliki kekuatan dukungan sama kuat. Djumain nomor urut 1 memiliki background pensiunan pegawai Perum Jasa Tirta yang kini menjadi pedagang sapi, sedangkan Djumain nomor urut 2 adalah petani yang dulunya pernah menjabat sebagai kepala desa selama dua periode.
Untuk itu pihaknya telah menyiapkan langkah khusus untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk dalam Pilkades kali ini.
"Makanya yang kita siapkan dalam tata pelaksanaan ketika terjadi draw atau suara sama. Maka yang akan dilakukan adalah menghitung sebaran surat suara pada tiga dusun yang ada, yakni Karangpandan, Bendo dan Kedungmonggo. Itu yang kita pikirkan, karena di Perbup tidak diatur pemilihan ulang," tutup Kun.
(lll/lll)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Cerita Munculnya Duo Djumain sebagai Kandidat Pilkades di Malang"
Post a Comment