Tradisi sarungan tidak hanya sekedar memakai sarung, tetapi gerak jalan yang menempuh jarak beberapa kilometer dengan mengenakan sarung dan busana muslim bagi perempuan, baik di UB maupun di Turen, Kabupaten Malang, Minggu.
Wali Kota Malang Sutiaji yang menghadiri jalan sehat sarungan di UB Malang itu, mengatakan tantangan santri sekarang lebih berat dan kompleks. "Jika dulu lawannya jelas, yaitu penjajah. Sekarang beda, apalagi di era teknologi informasi seperti sekarang," kata Sutiaji.
Menurut Sutiaji, kondisi seperti sekarang ini harus dihadapi dengan kualitas iman, apalagi sesuai sejarah, santri merupakan bagian dari pilar penguat dan penjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sutiaji mengemukakan tujuan ditetapkannya HSN, bukan sekadar sebuah seremoni atau sekadar menjadi bagian dari Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN) atau sekadar libur nasional, tapi yang utama adalah bagaimana para penduduk muslim Indonesia benar-benar mampu menjalankan serta mengalirkan nilai nilai Islam yang sesungguhnya, yang rahmatan lil alamin.
Sementara itu, Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar mengatakan santri adalah gambaran generasi Islam. Santri yang sebenarnya adalah santri yang kuat dalam menjunjung nilai-nilai Islami, namun tetap menyadari akar dan semangat kebangsaannya tanpa meninggalkan nilai-nilai Islami.
Baca juga: Menag: Santri harus jadi pionir perdamaian
"Ingat kita ngaji di Indonesia, mati dan akan ditahlili di Indonesia, maka bukan santri kalau akan ngisruh di Indonesia. Jadi santri Indonesia pasti tidak akan berdakwah untuk ngisruh, yang isinya mengajak permusuhan dan penuh kebencian," tutur Marzuki Mustamar.
Pengasuh Pondok Pesantren Gasek Sabilurrosyad Malang itu meyakinkan besarnya Islam tidak akan membahayakan kedaulatan Indonesia dan yang perlu diwaspadai adalah gerakan Islam yang didukung dana asing.
"Ingat dan cermati, ada yang mencoba men-"Timur Tengah" kan Indonesia. Jadi santri Indonesia, jangan mau diajak untuk mengusik akar kebangsaan Indonesia," kata Marzuki pada saat itu mengajak para santri dan santriwati menyanyikan lagu Padamu Negeri.
Selain menyelenggarakan jalan sehat sarungan, peringatan HSN di UB juga dilengkapi dengan pameran aneka produk di sekitar lokasi, seperti alat musik terbang, jidor, ketipung, pakaian, serta berbagai jenis makanan olahan.
Sementara itu,?jalan sehat sarungan di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang bertajuk Gerak Jalan Santri Sarungan itu diikuti sekitar 30 ribu santri dan santriwati serta masyarakat umum. Jalan sehat dipusatkan di Stadion Gunung Kembar Turen.
Baca juga: Mendikbud titipkan rumus 5C untuk santri di Lamongan
Baca juga: Presiden: Sejarah catat peran santri perjuangkan kemerdekaan
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Virna P Setyorini
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Tradisi sarungan tidak hanya sekedar memakai sarung, tetapi gerak jalan yang menempuh jarak beberapa kilometer dengan mengenakan sarung dan busana muslim bagi perempuan, baik di UB maupun di Turen, Kabupaten Malang, Minggu.
Wali Kota Malang Sutiaji yang menghadiri jalan sehat sarungan di UB Malang itu, mengatakan tantangan santri sekarang lebih berat dan kompleks. "Jika dulu lawannya jelas, yaitu penjajah. Sekarang beda, apalagi di era teknologi informasi seperti sekarang," kata Sutiaji.
Menurut Sutiaji, kondisi seperti sekarang ini harus dihadapi dengan kualitas iman, apalagi sesuai sejarah, santri merupakan bagian dari pilar penguat dan penjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sutiaji mengemukakan tujuan ditetapkannya HSN, bukan sekadar sebuah seremoni atau sekadar menjadi bagian dari Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN) atau sekadar libur nasional, tapi yang utama adalah bagaimana para penduduk muslim Indonesia benar-benar mampu menjalankan serta mengalirkan nilai nilai Islam yang sesungguhnya, yang rahmatan lil alamin.
Sementara itu, Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar mengatakan santri adalah gambaran generasi Islam. Santri yang sebenarnya adalah santri yang kuat dalam menjunjung nilai-nilai Islami, namun tetap menyadari akar dan semangat kebangsaannya tanpa meninggalkan nilai-nilai Islami.
Baca juga: Menag: Santri harus jadi pionir perdamaian
"Ingat kita ngaji di Indonesia, mati dan akan ditahlili di Indonesia, maka bukan santri kalau akan ngisruh di Indonesia. Jadi santri Indonesia pasti tidak akan berdakwah untuk ngisruh, yang isinya mengajak permusuhan dan penuh kebencian," tutur Marzuki Mustamar.
Pengasuh Pondok Pesantren Gasek Sabilurrosyad Malang itu meyakinkan besarnya Islam tidak akan membahayakan kedaulatan Indonesia dan yang perlu diwaspadai adalah gerakan Islam yang didukung dana asing.
"Ingat dan cermati, ada yang mencoba men-"Timur Tengah" kan Indonesia. Jadi santri Indonesia, jangan mau diajak untuk mengusik akar kebangsaan Indonesia," kata Marzuki pada saat itu mengajak para santri dan santriwati menyanyikan lagu Padamu Negeri.
Selain menyelenggarakan jalan sehat sarungan, peringatan HSN di UB juga dilengkapi dengan pameran aneka produk di sekitar lokasi, seperti alat musik terbang, jidor, ketipung, pakaian, serta berbagai jenis makanan olahan.
Sementara itu,?jalan sehat sarungan di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang bertajuk Gerak Jalan Santri Sarungan itu diikuti sekitar 30 ribu santri dan santriwati serta masyarakat umum. Jalan sehat dipusatkan di Stadion Gunung Kembar Turen.
Baca juga: Mendikbud titipkan rumus 5C untuk santri di Lamongan
Baca juga: Presiden: Sejarah catat peran santri perjuangkan kemerdekaan
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Virna P Setyorini
COPYRIGHT © ANTARA 2018
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Peringatan HSN di Malang hidupkan tradisi sarungan"
Post a Comment