SURYA.co.id | MALANG - Perayaan Festival Mbois Ketiga Kota Malang berlangsung meriah di Alun-alun Merdeka Kota Malang.
Kemeriahaan itu berhasil menyedot antusiasme masyarakat Kota Malang.
Hal itu berbeda dengan dua kali penyelenggaraan sebelumnya yang digelar di pusat perbelanjaan.
Wali Kota Malang Sutiaji menjelaskan, festival ini berawal dari sesuatu yang tak instan dan tiba-tiba, melainkan memerlukan perjuangan.
Menurutnya, konsep Festival Mbois ini berasal dari para anak muda yang kreatif dan diakomodasi pemerintah.
"Anak muda tidak bisa seperti inkubator. Mereka harus bebas berkreasi. Kita sebagai pemerintah bisa mengakomodasi untuk berkembang," terang Sutiaji, Sabtu malam (10/11/2018).
Dari festival tersebut Sutiaji berharap dapat meningkatkan dan menghimpun kekuatan anak muda.
Terlebih dari itu berkontribusi positif untuk bangsa dalam persatuan.
"Perlu perjuangan mengumpulkan beberapa komunitas dan anak muda. Jadi bahasa gaulnya muncul," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian Kota Malang, Subkhan mengatakan kegiatan ini merupakan ajang pembinaan ekonomi kreatif, dengan menggandeng para pelaku industri ekonomi kreatif di Kota Malang.
"Ini program kami untuk membangun sinergi dengan pelaku industri kreatif dalam rangka mewujudkan Kota Malang sebagai kota intelektual," ungkapnya.
Festival Mbois 3 ini telah berlangsung sejak tanggal 29 Oktober hingga 10 November 2018.
Sepanjang pagelarannya, berbagai kegiatan pembinaan dilakukan, mulai dari workshop, pameran, hingga perancangan pengembangan bisnis industri kreatif.
Puncak perayaan Festival Mbois 3 berlangsung meriah dengan penampilan Drama Kolosal Ki Ageng Gribig.
Penampilan dipersembahkan siswa-siswi SMA se-Kota Malang yang berkerjasama dengan Malang Creative Fusion (MCF) dan Dinas Perindustrian Kota Malang.
Selain penampilan drama kolosal, berbagai kesenian turut ditampilkan untuk menghibur para pengunjung, seperti musik, tari, hingga pembacaan puisi.
SURYA.co.id | MALANG - Perayaan Festival Mbois Ketiga Kota Malang berlangsung meriah di Alun-alun Merdeka Kota Malang.
Kemeriahaan itu berhasil menyedot antusiasme masyarakat Kota Malang.
Hal itu berbeda dengan dua kali penyelenggaraan sebelumnya yang digelar di pusat perbelanjaan.
Wali Kota Malang Sutiaji menjelaskan, festival ini berawal dari sesuatu yang tak instan dan tiba-tiba, melainkan memerlukan perjuangan.
Menurutnya, konsep Festival Mbois ini berasal dari para anak muda yang kreatif dan diakomodasi pemerintah.
"Anak muda tidak bisa seperti inkubator. Mereka harus bebas berkreasi. Kita sebagai pemerintah bisa mengakomodasi untuk berkembang," terang Sutiaji, Sabtu malam (10/11/2018).
Dari festival tersebut Sutiaji berharap dapat meningkatkan dan menghimpun kekuatan anak muda.
Terlebih dari itu berkontribusi positif untuk bangsa dalam persatuan.
"Perlu perjuangan mengumpulkan beberapa komunitas dan anak muda. Jadi bahasa gaulnya muncul," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian Kota Malang, Subkhan mengatakan kegiatan ini merupakan ajang pembinaan ekonomi kreatif, dengan menggandeng para pelaku industri ekonomi kreatif di Kota Malang.
"Ini program kami untuk membangun sinergi dengan pelaku industri kreatif dalam rangka mewujudkan Kota Malang sebagai kota intelektual," ungkapnya.
Festival Mbois 3 ini telah berlangsung sejak tanggal 29 Oktober hingga 10 November 2018.
Sepanjang pagelarannya, berbagai kegiatan pembinaan dilakukan, mulai dari workshop, pameran, hingga perancangan pengembangan bisnis industri kreatif.
Puncak perayaan Festival Mbois 3 berlangsung meriah dengan penampilan Drama Kolosal Ki Ageng Gribig.
Penampilan dipersembahkan siswa-siswi SMA se-Kota Malang yang berkerjasama dengan Malang Creative Fusion (MCF) dan Dinas Perindustrian Kota Malang.
Selain penampilan drama kolosal, berbagai kesenian turut ditampilkan untuk menghibur para pengunjung, seperti musik, tari, hingga pembacaan puisi.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Festival Mbois Meriahkan Alun-alun Kota Malang di Akhir Pekan"
Post a Comment