SURYAMALANG.COM, KLOJEN – Brain wash menjadi bagian dari 99 hari kerja Walikota Malang Sutiaji dan wakilnya Sofyan Edi Jarwoko. Brain wash dalam hal ini dimaksudkan untuk hal positif yaitu peningkatan kinerja Aparatur Sipil negara (ASN).
Ditarik pada "titik nol" pemikiran dan spiritual, Walikota Malang Sutiaji menjelaskan kalau mencuci otak dan batin para pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Malang diperlukan.
"Berapa lama ego membelenggu diri kita, memasung nilai nilai solidaritas, "mematikan" jiwa empati dan simpati serta yang parah menyerabut sisi kemanusiaan kita,” ujar Sutiaji.
Menurutnya, hilangnya integritas karena seseorang tercerabut dari hakekatnya selaku manusia yang bermartabat, yang senantiasa mengedepankan kejujuran, kemuliaan akhlak dan tindakan serta cara pandang yang terlalu condong pada perspektif materiil.
"Bisa jadi sosialisasi peraturan demi peraturan telah kita lakukan. Kaidah hukum perundangan juga diberikan. Namun, masih saja terjadi pelanggaran, indisilpliner, hingga kasus hukum. Itu karena ada ruang kosong yang sepenuhnya belum terisi, yakni sisi ruhaniah, batiniah dan mental spiritual, "ujar Walikota Sutiaji bertutur atas gagasan program "cuci otak" ASN di lingkungan Pemkot Malang.
Bagi Sutiaji, mengetuk sisi kemanusiaan dan spritual yang paling dalam pada diri setiap orang, akan menjadi fondasi yang kuat. Hal itu harus tersalurkan dalam sebuah program kerja, karena ujaran kebaikan mesti sering terdengar dan diketahui, apabila tidak dihidupkan terus menerus akan tenggelam dengan keburukan yang dibangun secara sistematis.
Pengasuh PP Sabilurrosyad KH Marzuki Mustamar enggan mengomentari tentang istilah cuci otak. Namun di sisi lain, ia mendorong agar Pemkot Malang membina ke arah yang lebih baik kepada para pejabat di lingkungan Pemkot Malang.
“Saya tidak mengerti cuci otak itu kayak apa dan tidak mengerti. Pastinya, silahkan membina membimbing pegawainya, supaya ikhlas, bersih hatinya tidak ada dendam dengki di hati mereka dan serius melayani masyarakat,” ujar Kyai Marzuki,
Marzuki juga berharap agar para pejabat skilnya ditingkatkan. Pasalnya, hal itu bisa meningkatkan kepedulian dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
“Monggo kalau itu. Itu harus dilakukan oleh semua orang. Memberikan layanan yang ikhlas, Orientasi serba materi dikurangi,” sarannya.
SURYAMALANG.COM, KLOJEN – Brain wash menjadi bagian dari 99 hari kerja Walikota Malang Sutiaji dan wakilnya Sofyan Edi Jarwoko. Brain wash dalam hal ini dimaksudkan untuk hal positif yaitu peningkatan kinerja Aparatur Sipil negara (ASN).
Ditarik pada "titik nol" pemikiran dan spiritual, Walikota Malang Sutiaji menjelaskan kalau mencuci otak dan batin para pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Malang diperlukan.
"Berapa lama ego membelenggu diri kita, memasung nilai nilai solidaritas, "mematikan" jiwa empati dan simpati serta yang parah menyerabut sisi kemanusiaan kita,” ujar Sutiaji.
Menurutnya, hilangnya integritas karena seseorang tercerabut dari hakekatnya selaku manusia yang bermartabat, yang senantiasa mengedepankan kejujuran, kemuliaan akhlak dan tindakan serta cara pandang yang terlalu condong pada perspektif materiil.
"Bisa jadi sosialisasi peraturan demi peraturan telah kita lakukan. Kaidah hukum perundangan juga diberikan. Namun, masih saja terjadi pelanggaran, indisilpliner, hingga kasus hukum. Itu karena ada ruang kosong yang sepenuhnya belum terisi, yakni sisi ruhaniah, batiniah dan mental spiritual, "ujar Walikota Sutiaji bertutur atas gagasan program "cuci otak" ASN di lingkungan Pemkot Malang.
Bagi Sutiaji, mengetuk sisi kemanusiaan dan spritual yang paling dalam pada diri setiap orang, akan menjadi fondasi yang kuat. Hal itu harus tersalurkan dalam sebuah program kerja, karena ujaran kebaikan mesti sering terdengar dan diketahui, apabila tidak dihidupkan terus menerus akan tenggelam dengan keburukan yang dibangun secara sistematis.
Pengasuh PP Sabilurrosyad KH Marzuki Mustamar enggan mengomentari tentang istilah cuci otak. Namun di sisi lain, ia mendorong agar Pemkot Malang membina ke arah yang lebih baik kepada para pejabat di lingkungan Pemkot Malang.
“Saya tidak mengerti cuci otak itu kayak apa dan tidak mengerti. Pastinya, silahkan membina membimbing pegawainya, supaya ikhlas, bersih hatinya tidak ada dendam dengki di hati mereka dan serius melayani masyarakat,” ujar Kyai Marzuki,
Marzuki juga berharap agar para pejabat skilnya ditingkatkan. Pasalnya, hal itu bisa meningkatkan kepedulian dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
“Monggo kalau itu. Itu harus dilakukan oleh semua orang. Memberikan layanan yang ikhlas, Orientasi serba materi dikurangi,” sarannya.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "'Brain Wash' ASN, Revolusi Mental ala Wali Kota Malang - Surya Malang"
Post a Comment