MALANG KOTA – Suhu di Malang Raya akhir-akhir ini begitu dingin. Bahkan, pada waktu subuh, dinginnya mencapai 14 derajat Celsius. Lalu, apa yang menyebabkan Malang Raya begitu dingin? Apakah hal tersebut berkaitan dengan fenomena aphelion yang belakangan viral di media sosial?
Ahli astronomi dari Universitas Ma Chung Kota Malang Dr Chatief Kunjaya MSc menyatakan, kondisi tersebut juga terpengaruh oleh faktor lokal. Artinya, bumi di bagian selatan terasa lebih dingin dibandingkan pulau lain, terutama Pulau Jawa. ”Karena berdekatan dengan Australia,” kata Chatief saat dikonfirmasi, kemarin (7/7).
Menurut dia, saat ini Australia sedang musim dingin. Sehingga, kondisi ini berdampak juga bagi wilayah Indonesia di bagian selatan. Karena anginnya terbawa hingga ke bagian utara (Indonesia). ”Angin dari Australia sampai juga ke Indonesia,” ucap pria asal Bandung ini.
Lebih lanjut, kondisi tersebut juga bakal berlangsung mulai Juli hingga Agustus mendatang. Namun, puncaknya diperkirakan berlangsung hingga akhir Juli mendatang. ”Mungkin September sudah mulai normal lagi,” imbuh pria yang menjabat rektor Ma Chung ini.
Tak hanya itu, pihaknya juga mengimbau kepada warga agar menyiapkan selimut atau jaket tebal. Hal ini dilakukan agar kondisi badan tidak kedinginan. ”Terutama saat malam hari. Pokoknya, harus pakai yang tebal (selimut/ jaket tebal),” ungkap pria yang tinggal di Malang sejak tahun 2015 ini.
Lebih lanjut, kondisi tersebut juga berpotensi menimbulkan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Seperti batuk dan flu. ”Rawan kena batuk dan flu,” imbuhnya.
Untuk diketahui, titik aphelion merupakan kondisi di mana bumi berada jauh dari matahari, sehingga suhu bumi menjadi lebih dingin dan mencapai titik minimum.
Sementara itu, pengamat astronomi dari Astrofotografi Universitas Brawijaya Afandi Yusuf menambahkan, fenomena aphelion memang memengaruhi cuaca dingin di Malang Raya. ”Tapi ini bukan faktor tunggal, ada faktor lain,” kata pria 28 tahun ini.
Selain itu, saat ini posisi matahari ada di sebelah utara garis khatulistiwa. Sehingga, belahan dunia di bagian utara, seperti Jepang dan Eropa sedang panas. ”Sedangkan bagian selatan seperti Australia, lebih dingin daripada biasanya,” imbuhnya. Selanjutnya, suasana dingin di Australia ini lalu masuk ke Pulau Jawa karena ada ”impor” angin dari Australia. ”Yang dingin adalah bagian Jawa dan Nusa Tenggara, karena dekat dengan Australia,” imbuhnya.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Malang, kedinginan di Malang ketika pagi mencapai 14 derajat Celsius. Kelembapan atau potensi curah hujan 85 persen, kecepatan angin 9,3 kilometer, dan arah angin dari timur. Sedangkan saat siang, kedinginan mencapai 28 derajat Celsius, curah hujan 65 persen, kecepatan angin 27,8 kilometer, dan arah angin dari barat.
Pewarta: Imam Nasrodin
Editor: Amalia
Penyunting: Irham Thoriq
MALANG KOTA – Suhu di Malang Raya akhir-akhir ini begitu dingin. Bahkan, pada waktu subuh, dinginnya mencapai 14 derajat Celsius. Lalu, apa yang menyebabkan Malang Raya begitu dingin? Apakah hal tersebut berkaitan dengan fenomena aphelion yang belakangan viral di media sosial?
Ahli astronomi dari Universitas Ma Chung Kota Malang Dr Chatief Kunjaya MSc menyatakan, kondisi tersebut juga terpengaruh oleh faktor lokal. Artinya, bumi di bagian selatan terasa lebih dingin dibandingkan pulau lain, terutama Pulau Jawa. ”Karena berdekatan dengan Australia,” kata Chatief saat dikonfirmasi, kemarin (7/7).
Menurut dia, saat ini Australia sedang musim dingin. Sehingga, kondisi ini berdampak juga bagi wilayah Indonesia di bagian selatan. Karena anginnya terbawa hingga ke bagian utara (Indonesia). ”Angin dari Australia sampai juga ke Indonesia,” ucap pria asal Bandung ini.
Lebih lanjut, kondisi tersebut juga bakal berlangsung mulai Juli hingga Agustus mendatang. Namun, puncaknya diperkirakan berlangsung hingga akhir Juli mendatang. ”Mungkin September sudah mulai normal lagi,” imbuh pria yang menjabat rektor Ma Chung ini.
Tak hanya itu, pihaknya juga mengimbau kepada warga agar menyiapkan selimut atau jaket tebal. Hal ini dilakukan agar kondisi badan tidak kedinginan. ”Terutama saat malam hari. Pokoknya, harus pakai yang tebal (selimut/ jaket tebal),” ungkap pria yang tinggal di Malang sejak tahun 2015 ini.
Lebih lanjut, kondisi tersebut juga berpotensi menimbulkan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Seperti batuk dan flu. ”Rawan kena batuk dan flu,” imbuhnya.
Untuk diketahui, titik aphelion merupakan kondisi di mana bumi berada jauh dari matahari, sehingga suhu bumi menjadi lebih dingin dan mencapai titik minimum.
Sementara itu, pengamat astronomi dari Astrofotografi Universitas Brawijaya Afandi Yusuf menambahkan, fenomena aphelion memang memengaruhi cuaca dingin di Malang Raya. ”Tapi ini bukan faktor tunggal, ada faktor lain,” kata pria 28 tahun ini.
Selain itu, saat ini posisi matahari ada di sebelah utara garis khatulistiwa. Sehingga, belahan dunia di bagian utara, seperti Jepang dan Eropa sedang panas. ”Sedangkan bagian selatan seperti Australia, lebih dingin daripada biasanya,” imbuhnya. Selanjutnya, suasana dingin di Australia ini lalu masuk ke Pulau Jawa karena ada ”impor” angin dari Australia. ”Yang dingin adalah bagian Jawa dan Nusa Tenggara, karena dekat dengan Australia,” imbuhnya.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Malang, kedinginan di Malang ketika pagi mencapai 14 derajat Celsius. Kelembapan atau potensi curah hujan 85 persen, kecepatan angin 9,3 kilometer, dan arah angin dari timur. Sedangkan saat siang, kedinginan mencapai 28 derajat Celsius, curah hujan 65 persen, kecepatan angin 27,8 kilometer, dan arah angin dari barat.
Pewarta: Imam Nasrodin
Editor: Amalia
Penyunting: Irham Thoriq
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Gara-Gara Aingin dari Australia, Malang Raya Adem"
Post a Comment