Peran relawan ambulans sangat penting agar ambulans bisa melaju lancar ke rumah sakit (RS). Rupanya, di balik puluhan relawan yang ada di Kota Malang, ada seorang perempuan yang menjadi ketuanya. Seperti apa kiprahnya?
Sirine mengaum di tengah kendaraan yang terjebak kemacetan di Jalan Urip Sumarjono, Kota Malang, awal pekan lalu. Persis di depan mobil ambulans tersebut, terdapat pesepeda motor yang membukakan jalan bagi ambulans. Dia menyalakan klakson tak henti-hentinya agar pengendara yang lain minggir.
Pengendara sepeda motor tersebut merupakan satu dari sekitar 60 anggota komunitas Relawan Ambulan Malang. Tugas utama relawan ambulans ini adalah membukakan jalan bagi ambulans yang hendak ke rumah sakit, atau yang mengantar jenazah ke rumah duka.
Tujuan utamanya agar ambulans tidak terjebak kemacetan dan pasien bisa ditangani secepat mungkin.
Rupanya, di balik komunitas ini ada seorang perempuan yang menjadi ketua dan salah satu pendiri. Dia adalah Tania Nur Julian, 20, warga Jalan Jaksa Agung Suprapto 2B, Klojen, Kota Malang. Saat ditemui Jumat lalu (13/7), dengan pakaian ala biker dan rompi Relawan Ambulans Malang yang masih melekat, dia tanpa canggung berbincang dengan wartawan koran ini. Sebelum aktif di komunitas Relawan Ambulans Malang, dia adalah seorang ladies biker di salah satu komunitas sepeda motor di Kota Malang. Dia sering mengadakan touring ke luar kota.
Hingga akhirnya, suatu ketika, dirinya berada di tengah kemacetan yang lama. Tania merasa kasihan melihat ambulans yang terjebak macet dan bingung mau lewat mana. Di samping itu, Tania juga merasa marah saat melihat pengendara yang tidak mau membukakan jalan untuk ambulans itu. Sedangkan, di dalam ambulans ada korban yang secepatnya harus sampai di rumah sakit.
”Dari situlah, hati saya tergerak ingin membantu ambulans itu,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca. Dia menyatakan, kejadian seperti itu terjadi berkali-kali.
Setelah beberapa lama, Tania tiba-tiba melihat ada dua pemotor yang mengawal sebuah ambulans saat dirinya berada di jalan raya. Kemudian, hatinya tergerak lagi mengingat kejadian waktu dulu. Sehingga Tania berkeinginan untuk ikut menjadi relawan seperti pemotor yang dilihatnya itu. Hanya saja, ketika itu masih belum ada komunitas yang membawahi para relawan.
”Ingin sekali waktu itu, pengen seperti mereka. Membantu membukakan jalan buat ambulans,” ucapnya.
Suatu ketika, Tania bertemu langsung dengan pemotor itu di depan Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) saat mau pulang ke rumahnya. Meskipun awalnya ada rasa takut dalam dirinya, karena semuanya cowok. Kemudian dia memberanikan diri untuk bertanya mengenai kegiatan yang mereka lakukan itu.
”Ternyata mereka ramah dan asyik,” kata alumnus SMK Cor Jesu Malang ini.
Setelah berbincang lama dengan mereka, Tania kemudian memberanikan diri untuk bertanya apakah boleh bergabung dengan kegiatan relawan tersebut. Tanpa basa-basi, dirinya diperbolehkan untuk ikut menjadi relawan.
”Senang, bisa gabung dengan mereka. Bisa berbuat baik sesuai dengan hobi saya,” ucapnya.
Setelah menjadi relawan ambulans, Tania tidak lantas merasa senang. Dirinya sering diomongin negatif oleh teman sebaya dan tetangganya.
”Perempuan kok seperti itu. Gabung dengan cowok-cowok dan sering pulang malam,” katanya menirukan salah seorang di antara mereka.
Tapi, dia mencoba untuk cuek dengan semua itu. ”Gak papa lah, cuek saja. Yang penting niat saya cuma bantu kok,” ucapnya.
Bahkan, menurut Tania, selama dua bulan awal dirinya menjadi relawan ambulans. Tania sering dimarahi oleh orang tuanya karena sering berkumpul dengan cowok-cowok dan pulang malam.
”Sering dimarahi awal-awal sama orang tua karena sering pulang malam,” imbuh perempuan yang bekerja sebagai asisten koki di salah satu kafe di Dieng, Kota Malang, ini.
Tania melanjutkan, dirinya sering sembunyi-sembunyi saat dirinya mau keluar untuk membantu ambulans.
Segala perjuangan yang dia lakukan, tujuannya untuk meyakinkan orang tuanya. Akhirnya, setelah tiga bulan berlangsung, orang tuanya percaya dan mulai paham dengan kegiatannya itu.
”Sekarang sudah didukung penuh sama orang tua. Bahkan, sering juga menginfokan kalau ada ambulans yang kena macet,” imbuh perempuan yang mengaku mengagumi mantan gubenur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ini.
Di sisi lain, setelah beberapa kali ikut menjadi relawan, dia dan teman-teman yang lainnya ingin membentuk suatu organisasi yang mewadahi kegiatannya itu. Oleh karena itu, pada 22 Februari 2018, mereka membentuk sebuah komunitas bernama Relawan Ambulan Malang. Sebelumnya, relawan seperti Tania belum tergabung dengan komunitas mana pun, karena di Kota Malang memang belum ada komunitasnya.
”Sebenarnya saya sudah tidak mau jadi ketua. Tapi ya karena sudah kemauannya teman-teman ya bagaimana lagi. Terima saja,” ucap anak keempat dari lima saudara itu.
Suka duka sudah Tania rasakan saat dirinya menjadi relawan. Mulai dari telat datang ke tempat kerja hingga harus pintar mengatur waktu dengan kegiatan lainnya. Bahkan, dirinya juga sering menjadi tempat curhat relawan lainnya.
”Seakan-akan seperti emak-nya mereka,” ucapnya.
Pernah juga, dirinya mau diberi imbalan oleh keluarga duka, karena dia tidak mau, keluarga duka hingga nangis-nangis agar diterima.
”Sampai gak tega saya. Tapi ya karena namanya relawan, tetap saya tidak terima”, pungkasnya. Tania hanya bermaksud ingin berbuat baik saja bersama teman-teman yang lain.
”Biarlah apa kata mereka, yang penting saya hanya ingin berbuat baik,” imbuhnya.
Sedangkan untuk cara kerja, para relawan berkomunikasi dengan para sopir ambulans se-Malang Raya melalui grup WhatsApp. Jadi, ketika sopir ambulans butuh, cukup berkomunikasi di WhatsApp.
”Biasanya yang mengawal satu ambulans, dua sampai tiga orang,” pungkasnya.
Pewarta: Moh Badar
Penyunting: Irham Thoriq
Foto: Dokumentasi Pribadi
Peran relawan ambulans sangat penting agar ambulans bisa melaju lancar ke rumah sakit (RS). Rupanya, di balik puluhan relawan yang ada di Kota Malang, ada seorang perempuan yang menjadi ketuanya. Seperti apa kiprahnya?
Sirine mengaum di tengah kendaraan yang terjebak kemacetan di Jalan Urip Sumarjono, Kota Malang, awal pekan lalu. Persis di depan mobil ambulans tersebut, terdapat pesepeda motor yang membukakan jalan bagi ambulans. Dia menyalakan klakson tak henti-hentinya agar pengendara yang lain minggir.
Pengendara sepeda motor tersebut merupakan satu dari sekitar 60 anggota komunitas Relawan Ambulan Malang. Tugas utama relawan ambulans ini adalah membukakan jalan bagi ambulans yang hendak ke rumah sakit, atau yang mengantar jenazah ke rumah duka.
Tujuan utamanya agar ambulans tidak terjebak kemacetan dan pasien bisa ditangani secepat mungkin.
Rupanya, di balik komunitas ini ada seorang perempuan yang menjadi ketua dan salah satu pendiri. Dia adalah Tania Nur Julian, 20, warga Jalan Jaksa Agung Suprapto 2B, Klojen, Kota Malang. Saat ditemui Jumat lalu (13/7), dengan pakaian ala biker dan rompi Relawan Ambulans Malang yang masih melekat, dia tanpa canggung berbincang dengan wartawan koran ini. Sebelum aktif di komunitas Relawan Ambulans Malang, dia adalah seorang ladies biker di salah satu komunitas sepeda motor di Kota Malang. Dia sering mengadakan touring ke luar kota.
Hingga akhirnya, suatu ketika, dirinya berada di tengah kemacetan yang lama. Tania merasa kasihan melihat ambulans yang terjebak macet dan bingung mau lewat mana. Di samping itu, Tania juga merasa marah saat melihat pengendara yang tidak mau membukakan jalan untuk ambulans itu. Sedangkan, di dalam ambulans ada korban yang secepatnya harus sampai di rumah sakit.
”Dari situlah, hati saya tergerak ingin membantu ambulans itu,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca. Dia menyatakan, kejadian seperti itu terjadi berkali-kali.
Setelah beberapa lama, Tania tiba-tiba melihat ada dua pemotor yang mengawal sebuah ambulans saat dirinya berada di jalan raya. Kemudian, hatinya tergerak lagi mengingat kejadian waktu dulu. Sehingga Tania berkeinginan untuk ikut menjadi relawan seperti pemotor yang dilihatnya itu. Hanya saja, ketika itu masih belum ada komunitas yang membawahi para relawan.
”Ingin sekali waktu itu, pengen seperti mereka. Membantu membukakan jalan buat ambulans,” ucapnya.
Suatu ketika, Tania bertemu langsung dengan pemotor itu di depan Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) saat mau pulang ke rumahnya. Meskipun awalnya ada rasa takut dalam dirinya, karena semuanya cowok. Kemudian dia memberanikan diri untuk bertanya mengenai kegiatan yang mereka lakukan itu.
”Ternyata mereka ramah dan asyik,” kata alumnus SMK Cor Jesu Malang ini.
Setelah berbincang lama dengan mereka, Tania kemudian memberanikan diri untuk bertanya apakah boleh bergabung dengan kegiatan relawan tersebut. Tanpa basa-basi, dirinya diperbolehkan untuk ikut menjadi relawan.
”Senang, bisa gabung dengan mereka. Bisa berbuat baik sesuai dengan hobi saya,” ucapnya.
Setelah menjadi relawan ambulans, Tania tidak lantas merasa senang. Dirinya sering diomongin negatif oleh teman sebaya dan tetangganya.
”Perempuan kok seperti itu. Gabung dengan cowok-cowok dan sering pulang malam,” katanya menirukan salah seorang di antara mereka.
Tapi, dia mencoba untuk cuek dengan semua itu. ”Gak papa lah, cuek saja. Yang penting niat saya cuma bantu kok,” ucapnya.
Bahkan, menurut Tania, selama dua bulan awal dirinya menjadi relawan ambulans. Tania sering dimarahi oleh orang tuanya karena sering berkumpul dengan cowok-cowok dan pulang malam.
”Sering dimarahi awal-awal sama orang tua karena sering pulang malam,” imbuh perempuan yang bekerja sebagai asisten koki di salah satu kafe di Dieng, Kota Malang, ini.
Tania melanjutkan, dirinya sering sembunyi-sembunyi saat dirinya mau keluar untuk membantu ambulans.
Segala perjuangan yang dia lakukan, tujuannya untuk meyakinkan orang tuanya. Akhirnya, setelah tiga bulan berlangsung, orang tuanya percaya dan mulai paham dengan kegiatannya itu.
”Sekarang sudah didukung penuh sama orang tua. Bahkan, sering juga menginfokan kalau ada ambulans yang kena macet,” imbuh perempuan yang mengaku mengagumi mantan gubenur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ini.
Di sisi lain, setelah beberapa kali ikut menjadi relawan, dia dan teman-teman yang lainnya ingin membentuk suatu organisasi yang mewadahi kegiatannya itu. Oleh karena itu, pada 22 Februari 2018, mereka membentuk sebuah komunitas bernama Relawan Ambulan Malang. Sebelumnya, relawan seperti Tania belum tergabung dengan komunitas mana pun, karena di Kota Malang memang belum ada komunitasnya.
”Sebenarnya saya sudah tidak mau jadi ketua. Tapi ya karena sudah kemauannya teman-teman ya bagaimana lagi. Terima saja,” ucap anak keempat dari lima saudara itu.
Suka duka sudah Tania rasakan saat dirinya menjadi relawan. Mulai dari telat datang ke tempat kerja hingga harus pintar mengatur waktu dengan kegiatan lainnya. Bahkan, dirinya juga sering menjadi tempat curhat relawan lainnya.
”Seakan-akan seperti emak-nya mereka,” ucapnya.
Pernah juga, dirinya mau diberi imbalan oleh keluarga duka, karena dia tidak mau, keluarga duka hingga nangis-nangis agar diterima.
”Sampai gak tega saya. Tapi ya karena namanya relawan, tetap saya tidak terima”, pungkasnya. Tania hanya bermaksud ingin berbuat baik saja bersama teman-teman yang lain.
”Biarlah apa kata mereka, yang penting saya hanya ingin berbuat baik,” imbuhnya.
Sedangkan untuk cara kerja, para relawan berkomunikasi dengan para sopir ambulans se-Malang Raya melalui grup WhatsApp. Jadi, ketika sopir ambulans butuh, cukup berkomunikasi di WhatsApp.
”Biasanya yang mengawal satu ambulans, dua sampai tiga orang,” pungkasnya.
Pewarta: Moh Badar
Penyunting: Irham Thoriq
Foto: Dokumentasi Pribadi
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tania Nur Julian, Perempuan yang Juga Ketua Pengawal Ambulans ..."
Post a Comment