Search

Transportasi Picu Inflasi Kota Malang

JawaPos.com - Pada bulan Juni 2018 ini, Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0,25 persen. Transportasi menjadi komoditas utama yang memicu inflasi. 

Kepala Seksi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Dwi Handayani Prasetyowati mengatakan, dibandingkan dua tahun sebelumnya, inflasi Kota Malang di 2018 ini relatif flat (datar). Tidak ada gejolak terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Dia merinci, kelompok transportasi, komunikasi, jasa keuangan mencatatkan sumbangan 1,02 persen pada inflasi Juni. Selanjutnya, diiikuti kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau sebesar 0,26 persen. Kemudian, dari kesehatan sebesar 0,12 persen. Serta kelompok bahan makanan sebesar 0,06 persen. "Ayam ras agak cukup tinggi harganya. Biaya pendidikan dan perumahan juga naik sedikit," ujarnya, Senin (2/7).

Dwi menerangkan,  inflasi Kota Malang bulan ini hampir sama dengan periode yang sama 2017 lalu. "Bulan ini sedikit turun karena pemerintah mampu mengendalikan harga pangan. Pada Mei lalu juga telah dihajar habis-habisan oleh kenaikan angkutan udara. Jadi, meski lebaran kemarin tarif juga naik, tetapi tidak lagi signifikan mendongkrak inflasi," paparnya.

Bahkan, lanjut dia, untuk Juni 2018 ini Kota Malang mengalami inflasi terendah dibanding delapan kota lain di Jawa Timur. Inflasi tertinggi dialami Kota Sumenep dengan nilai 0,84 persen. Kemudian disusul Jember 0,74 persen, serta Probolinggo dan Madiun sebesar 0,73 persen. 

Sementara itu, ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga pada bulan Juni lalu. Salah satunya dari kelompok sandang yang turun -1,16 persen. "Emas perhiasan turun, sehingga terjadi deflasi di kelompok sandang meskipun harga pakaian dan lain-lain mengalami kenaikan," kata dia.

Faktor penghambat laju inflasi yang lain, menurut Dwi, yakni penurunan harga komoditas telur ayam ras, bawang merah, bawang putih, cabai merah, tomat sayur, kentang dan minyak goreng.

(fis/JPC)

Let's block ads! (Why?)

JawaPos.com - Pada bulan Juni 2018 ini, Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0,25 persen. Transportasi menjadi komoditas utama yang memicu inflasi. 

Kepala Seksi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Dwi Handayani Prasetyowati mengatakan, dibandingkan dua tahun sebelumnya, inflasi Kota Malang di 2018 ini relatif flat (datar). Tidak ada gejolak terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Dia merinci, kelompok transportasi, komunikasi, jasa keuangan mencatatkan sumbangan 1,02 persen pada inflasi Juni. Selanjutnya, diiikuti kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau sebesar 0,26 persen. Kemudian, dari kesehatan sebesar 0,12 persen. Serta kelompok bahan makanan sebesar 0,06 persen. "Ayam ras agak cukup tinggi harganya. Biaya pendidikan dan perumahan juga naik sedikit," ujarnya, Senin (2/7).

Dwi menerangkan,  inflasi Kota Malang bulan ini hampir sama dengan periode yang sama 2017 lalu. "Bulan ini sedikit turun karena pemerintah mampu mengendalikan harga pangan. Pada Mei lalu juga telah dihajar habis-habisan oleh kenaikan angkutan udara. Jadi, meski lebaran kemarin tarif juga naik, tetapi tidak lagi signifikan mendongkrak inflasi," paparnya.

Bahkan, lanjut dia, untuk Juni 2018 ini Kota Malang mengalami inflasi terendah dibanding delapan kota lain di Jawa Timur. Inflasi tertinggi dialami Kota Sumenep dengan nilai 0,84 persen. Kemudian disusul Jember 0,74 persen, serta Probolinggo dan Madiun sebesar 0,73 persen. 

Sementara itu, ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga pada bulan Juni lalu. Salah satunya dari kelompok sandang yang turun -1,16 persen. "Emas perhiasan turun, sehingga terjadi deflasi di kelompok sandang meskipun harga pakaian dan lain-lain mengalami kenaikan," kata dia.

Faktor penghambat laju inflasi yang lain, menurut Dwi, yakni penurunan harga komoditas telur ayam ras, bawang merah, bawang putih, cabai merah, tomat sayur, kentang dan minyak goreng.

(fis/JPC)

Let's block ads! (Why?)



Bagikan Berita Ini

0 Response to "Transportasi Picu Inflasi Kota Malang"

Post a Comment

Powered by Blogger.